Selasa, 25 November 2025 / 4 Jumadil Akhir 1447 H
Mansur Hasyimi Khorasani
 Surat baru: Beberapa kutipan surat yang ditulis oleh Yang Terhormat yang berisi celaan terhadap para penguasa zalim yang mengaku memiliki kewenangan keagamaan, serta para pengikut mereka. Klik di sini untuk membaca. Ucapan baru: Dua belas ucapan dari Yang Terhormat terkait fakta bahwa hujjah hanyalah Kitab Allah dan Khalifah-Nya di bumi, bukan pendapat dan bukan pula riwayat. Klik di sini untuk membaca. Pelajaran baru: Pelajaran dari Yang Mulia tentang fakta bahwa bumi tidak pernah kosong dari seorang laki-laki yang memiliki pengetahuan menyeluruh tentang agama, yang telah Allah tunjuk sebagai khalifah, imam, dan pembimbing di atasnya sesuai dengan perintah-Nya; Ayat-ayat Al Qur’an tentangnya; Ayat no. 16. Klik di sini untuk membaca. Kunjungi beranda untuk membaca konten paling penting di situs web. Pertanyaan baru: Bagaimana pandangan Islam terhadap taqlid (mengikuti secara buta)? Klik di sini untuk membaca jawaban. Artikel baru: Artikel “Sebuah ulasan buku Kembali ke Islam karya Mansur Hasyimi Khorasani” ditulis oleh “Sayyed Mohammad Sadeq Javadian” telah terbit. Klik di sini untuk membaca. Kunjungi beranda untuk membaca konten paling penting di situs web.
loading
Surat
 

Terjemahan surat:

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Dia; Yang Maha Adil dan tidak pernah berbuat zalim, Yang Maha Kuasa dan tidak pernah lemah, Yang Maha Mengetahui dan tidak pernah lalai, Yang Maha Terjaga dan tidak pernah tidur, Yang Maha Hidup dan tidak pernah mati; Yang Maha Terpuji karena Diri-Nya sendiri, Yang Maha Suci dari segala kekurangan dan cela; Yang berdiri dengan Diri-Nya sendiri, kekal dalam keberadaan-Nya, Yang tersembunyi dalam puncak penampakan, dan Yang tampak dari balik seribu tabir, Yang menciptakan langit dan bumi serta segala yang ada di antara keduanya dalam enam masa untuk menjadi tanda nyata atas ke-Tuhan-an-Nya, Yang menciptakan para malaikat dengan rahmat dan kekuasaan-Nya, lalu menempatkan mereka di bintang-bintang dan planet-planet agar mereka menyucikan-Nya dan mengabdi kepada-Nya, Yang menciptakan manusia dengan hikmah dan kekuasaan-Nya, dan menjadikannya melebihi banyak makhluk lain yang diciptakan-Nya agar manusia mengenal dan menyembah-Nya. Lalu Dia menempatkannya di surga dan mempersilakannya menikmati segala kenikmatan hingga dia melampaui batas dan durhaka, maka Dia mengusirnya ke bumi yang keras dan penuh kesulitan, agar dia memahami nilai surga dan belajar menaati Tuhannya, dan Dia membuat perjanjian dengannya bahwa dia harus mengikuti petunjuk yang datang kepadanya dari sisi-Nya agar dia tidak takut, tidak bersedih, tidak tersesat, dan tidak celaka; sebagaimana Dia telah berfirman: ﴿قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا ۖ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ[1]; “Kami berkata: ‘Turunlah kalian semua dari (Surga), maka jika datang kepada kalian petunjuk dari-Ku, barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, maka tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati’”, dan berfirman: ﴿فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى[2]; “Maka jika datang kepada kalian petunjuk dari-Ku, barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak akan sesat dan tidak akan celaka,” dan perjanjian ini adalah kunci yang Allah anugerahkan kepada manusia untuk membuka pintu-pintu keselamatan yang tertutup dan kembali menuju tempat tinggal pertamanya. Di bumi yang keras dan penuh kesulitan ini para ibu melahirkan, anak-anak tumbuh, generasi berganti, dan manusia semakin bertambah dan mereka berpencar ke pegunungan, padang pasir, hutan, dan lautan dan perlahan-lahan mereka mulai melupakan sejarah mereka, tersesat dari Pencipta mereka, mengabaikan hubungan kekerabatan, dan sebagian dari mereka menjadi musuh bagi sebagian yang lain; sebagaimana Allah telah memberitahukan mereka sebelumnya dan berfirman kepada mereka: ﴿قَالَ اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ[3]; “Dia berkata: ‘Turunlah (dari Surga)! Sebagian dari kalian (akan menjadi) musuh bagi sebagian yang lain, dan bagi kalian di bumi ada tempat tinggal dan kesenangan hingga waktu yang ditentukan”, namun mereka mengira bahwa kesenangan mereka di bumi tidak akan berakhir, dan bahwa mereka tidak akan kembali kepada Tuhan mereka.

Maka sebagian dari mereka ingin mengungguli sebagian yang lain, dan sebagian dari mereka menindas sebagian yang lain, hingga akhirnya mereka memenuhi daratan dan lautan dengan kerusakan; sebagaimana Allah Ta‘ala telah berfirman: ﴿ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ[4]; “Kerusakan telah tampak di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia”; karena sebagian dari mereka membunuh sebagian yang lain, sebagian dari mereka memperbudak sebagian yang lain, sebagian dari mereka mengusir sebagian yang lain dari rumah-rumah mereka, dan sebagian dari mereka mencuri harta sebagian yang lain, dan dengan cara ini bumi dipenuhi dengan kezaliman dan kekejaman mereka.

Kemudian, Allah menetapkan para Nabi dari kalangan mereka sendiri, mengirim mereka kepada manusia dengan tanda yang jelas, dan mengirim bersama mereka Kitab dan Mizan agar manusia berhenti dari penyimpangan dan bangkit untuk keadilan; sebagaiman Dia telah berfirman: ﴿لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ[5]; “Sesungguhnya, Kami telah mengutus para Nabi Kami dengan tanda-tanda yang nyata dan menurunkan bersama mereka Kitab dan Mizan, agar manusia dapat menegakkan keadilan”, dan inilah tujuan pengutusan para Nabi; karena Allah Maha Adil dan menciptakan dunia berdasarkan keadilan, dan menghendaki agar keadilan berlaku di dalamnya; sebagaimana Dia telah berfirman: ﴿وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ ۝ أَلَّا تَطْغَوْا فِي الْمِيزَانِ ۝ وَأَقِيمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَلَا تُخْسِرُوا الْمِيزَانَ[6]; “Dia meninggikan langit dan meletakkan Mizan; agar kalian tidak melampaui batas pada Mizan; dan tegakkanlah dengan keadilan dan jangan merusak Mizan.” Maka Dia mengutus para Nabi untuk memerangi kezaliman dan memerintahkan kepada keadilan, dan Dia menurunkan besi supaya mereka menggunakannya dan memerangi orang-orang yang berusaha menghilangkan keadilan di dunia; sebagaimana Dia telah berfirman: ﴿وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ[7]; “Dan Kami turunkan besi, di dalamnya ada kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia”; karena dunia diciptakan atas dasar keadilan dan tidak akan baik kecuali dengan keadilan. Sesungguhnya, kezaliman merusak dunia, menggangu tatanan ciptaan, dan menyeret bumi menuju kehancuran, sesuatu yang sekali-kali tidak dikehendaki Allah untuk manusia di dunia; sebagaimana Dia telah berfirman: ﴿وَمَا اللَّهُ يُرِيدُ ظُلْمًا لِلْعَالَمِينَ[8]; “Dan Allah tidak menghendaki kezaliman bagi umat seluruh alam.” Sejak hari pertama, Dia telah menetapkan untuk tiap sesuatu sebuah “ukuran” dan sebuah “tempat” yang sesuai dengan ukurannya, agar dia menetap di dalamnya dan tidak keluar darinya untuk menyebabkan kerusakan; sebagaimana Dia telah berfirman: ﴿قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا[9]; “Allah telah menetapkan ukuran bagi segala sesuatu”, dan berfirman: ﴿وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا[10]; “dan Dia menciptakan segala sesuatu dan menetapkan ukurannya”, dan berfirman: ﴿إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ[11]; “Sesungguhnya, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”, dan ukuran segala sesuatu adalah potensi yang telah Allah tetapkan kepadanya, dan oleh karena itu, keadilan adalah bahwa segala sesuatu mengetahui ukurannya dan ditempatkan di tempat yang telah ditentukan Allah untuknya, sedangkan kezaliman adalah bahwa sesuatu tidak mengetahui ukurannya, keluar dari tempatnya, dan menempati tempat lain yang tidak ditetapkan Allah baginya, dan kezaliman adalah bapak kerusakan. Oleh karena itu, Allah tidak mengutus para Nabi-Nya kecuali untuk mengingatkan manusia tentang ukuran mereka, sehingga manusia mengetahui ukuran mereka, menemukan tempat mereka, ditempatkan di tempat yang telah Allah tetapkan untuk mereka masing-masing, dan tidak keluar dari tempat mereka dan tidak menempati tempat orang lain yang tidak sesuai dengan ukuran mereka, sehingga mereka tidak saling menzalimi dan tidak menyebarkan kerusakan di bumi. Oleh karena itu, dengan izin Allah, para Nabi menjelaskan kepada manusia tentang ukuran mereka, yaitu potensi mereka, menyeru mereka kepada keadilan dan melarang mereka dari kezaliman sehingga mereka mengisi tempat-tempat mereka di bumi, sebagian dari mereka tidak akan menempati tempat sebagian yang lain, akan memenuhi potensi mereka, dan sebagian dari mereka tidak akan menghalangi pemenuhan potensi sebagian yang lain, sehingga dengan cara ini mereka semua akan mencapai kesempurnaan mereka dan dunia akan dipenuhi dengan keadilan setelah sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman.

Oleh karena itu, para Nabi datang satu persatu membawa petunjuk dan tanda yang jelas, menjelaskan kepada setiap umat dengan bahasa mereka, dan menyeru kepada keadilan di keempat penjuru bumi; di gunung, di padang pasir, di hutan dan di laut, dan mereka berjuang melawan kezaliman dengan lisan dan tangan mereka. Tetapi orang-orang yang telah melupakan janji Allah pada hari pengusiran dan kehilangan kunci keselamatan mereka, mendustakan para Nabi itu dan tidak memenuhi seruan beliau; karena mereka tidak mengetahui kadar mereka, tidak puas dengan tempat yang ditetapkan bagi mereka, dan sebagian dari mereka merasa lebih tinggi daripada sebagian yang lain, terbiasa dengan kezaliman dan kerusakan, mengikuti para pembesar mereka yang berusaha melenyapkan para Nabi dari bumi ini; karena mereka mengetahui bahwa mereka sedang duduk di tempat orang lain, dan seandainya mereka tunduk kepada keadilan maka mereka harus bangkit dari tempat-tempat itu dan menyerahkan kedudukan mulia kepada orang-orang yang dijadikan mulia oleh Allah; yaitu orang-orang yang dianggap lemah di bumi dan dianiaya oleh mereka! Oleh karena itu, tidak ada Nabi yang diutus oleh Allah kecuali para pembesar mereka mendustakan dan berdiri menghalangi beliau supaya beliau tidak maju; sebagaimana Dia telah berfirman: ﴿وَمَا أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ[12]; “Dan Kami tidak mengutus seorang pemberi peringatan ke suatu negeri kecuali orang kaya di antara mereka berkata: ‘Kami tidak mempercayai apa yang kalian diutus untuknya’”, dan demi Allah, apa yang para pemberi peringatan diutus untuknya adalah keadilan, sesuatu yang para pembesar negeri tidak sanggup bersabar terhadapnya; karena keadilan adalah kerugian bagi orang yang sombong dan memberi manfaat bagi orang yang terzalimi, keadilan merendahkan sebagian dan mengangkat sebagian yang lain! Oleh karena itu, mereka menyembelih sebagian, membakar sebagian, melempar sebagian kepada singa-singa yang lapar, mendorong sebagian dari puncak gunung yang tinggi, dan mengusir sebagian dari tanah-tanahnya, dan semua ini karena mereka tidak sanggup menanggung keadilan dan takut akan tegaknya keadilan! Sampai pada tingkat di mana Nabi Nuh (Alaihis Salam) menyeru mereka sembilan ratus lima puluh tahun dan hanya delapan puluh orang yang menjawab seruan beliau, yang mana delapan di antara mereka adalah keluarga beliau. Terjadi pula bahwa Bani Israil membunuh tujuh puluh Nabi yang suci pada satu malam sebelum fajar, kemudian mereka kembali ke urusan mereka dan penjual kurma berseru: “Kurma! Kurma!”

Demikian pula para Nabi datang silih berganti, satu demi satu sesudah para Nabi sebelumnya, menyeru manusia kepada keadilan, lalu mereka dibantah dan dizalimi hingga tiba giliran Nabi Muhammad (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) penutup para Nabi dan penerus mereka. Allah mengutus beliau setelah masa panjang di mana tidak datang seorang Nabi pun dan tidak diturunkan wahyu; Kitab-kitab Langit telah diselewengkan dan sunnah-sunnah baik telah diubah; jalan-jalan keselamatan tersembunyi dan bendera-bendera petunjuk telah jatuh; manusia menyembah berhala dan tersesat dalam kegelapan takhayul dan angan-angan; mereka hidup dan mati dalam kebodohan; mereka tidak mengetahui ukuran mereka dan saling menindas. Pada masa seperti itu, Allah mengutus Nabi-Nya dan menurunkan Kitab kepadanya. Maka beliau menyampaikan risalah Rabbnya sebagaimana semestinya, dan tegak di atas jalannya sebagaimana seharusnya; beliau melaksanakan apa yang dipercayakan kepadanya dari seruan kepada keadilan dan menerapkan apa yang diperintahkannya tentang penegakan keadilan; sebagaimana Allah Ta’ala telah berfirman: ﴿قُلْ أَمَرَ رَبِّي بِالْقِسْطِ[13]; “Katakan: ‘Tuhanku telah memerintahkan keadilan’”, dan berfirman: ﴿وَأُمِرْتُ لِأَعْدِلَ بَيْنَكُمُ[14]; “Dan aku diperintahkan untuk menegakkan keadilan di antara kalian.” Maka beliau menyeru kepada keadilan dan berjuang untuk menegakkannya di antara manusia, namun orang-orang kafir di Makkah tidak memenuhi seruan beliau, dan orang-munafik di Madinah menghalangi usaha beliau hingga Allah meridai perjuangan beliau, mengambil ruh beliau yang suci kepada sisi-Nya, dan menyatukannya dengan ruh para Nabi sebelum beliau; ﴿إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ[15]; “Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali.” Itulah akhir rangkaian Kenabian dan penutup pintu wahyu, namun sunnatullah tidak berubah bahwa Dia tidak akan meninggalkan bumi sehari pun tanpa khalifah-Nya yang menjadikan keadilan mungkin di dalamnya; sebagaimana Dia telah berfirman: ﴿إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً[16]; “Sesungguhnya, Aku adalah yang menunjuk khalifah di Bumi.” Oleh karena itu, Dia tidak mengambil Nabi-Nya dari manusia hingga Dia menetapkan para khalifah setelah beliau dan memberitahu manusia mengenai ukuran dan tempat mereka agar para khalifah menjadi pembimbing keadilan dan penegaknya setelah beliau dan menyempurnakan tugas beliau serta melanjutkan upaya beliau, dan mereka adalah keluarga beliau, Ahlul Bait beliau, yang Dia telah memberitahukan kehendak-Nya untuk menyucikan mereka, mewajibkan kepada hamba-Nya agar mencintai mereka, dan berfirman tentang mereka: ﴿إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا[17]; “Sesungguhnya, Allah hendak menghilangkan segala bentuk ketidaksucian dari kalian, wahai Ahlul Bait, dan menjadikan kalian benar-benar suci”, dan berfirman: ﴿قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى[18]; “Katakanlah: ‘Aku tidak meminta kepada kalian suatu imbalan kecuali cinta kepada keluarga dekatku’”, dan Dia telah berfirman: ﴿قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا ۖ إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرَى لِلْعَالَمِينَ[19]; “Katakanlah: ‘Aku tidak meminta kepada kalian suatu imbalan, ini adalah pengingat bagi manusia di seluruh alam’”, dan berfirman: ﴿قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِلَّا مَنْ شَاءَ أَنْ يَتَّخِذَ إِلَى رَبِّهِ سَبِيلًا[20]; “Katakanlah: ‘Aku tidak meminta kepada kalian suatu imbalan kecuali barang siapa yang berharap, hendaklah dia menempuh jalan kepada Tuhannya.’” Maka Dia telah menjadikan rasa cinta kepada mereka sebagai pengingat bagi manusia di seluruh alam dan jalan menuju-Nya, dan menjadikan kesucian mereka dari kotoran sebagai penopang baginya untuk menguji hamba-hamba-Nya setelah Nabi-Nya, sebagaimana Dia menguji umat sebelum beliau, untuk mengetahui siapa yang mematuhi-Nya dan siapa yang melawan-Nya, barang siapa mematuhi-Nya, maka itu untuk kebaikan dirinya sendiri; sebagaimana Dia telah berfirman: ﴿قُلْ مَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ فَهُوَ لَكُمْ[21]; “Katakanlah: ‘Imbalan yang aku minta dari kalian adalah untuk kalian sendiri.’”

Sesungguhnya, para khalifah Allah di bumi adalah orang-orang yang diberi petunjuk kepada ukuran dan tempat segala sesuatu di bumi dan sepenuhnya suci dari kezaliman sehingga mereka menempatkan segala sesuatu pada tempat yang telah Allah tetapkan untuknya dengan kesucian mereka, dengan demikian mereka menegakkan keadilan dan menghapus kezaliman; sebagaimana Allah Ta’ala telah berfirman: ﴿وَمِمَّنْ خَلَقْنَا أُمَّةٌ يَهْدُونَ بِالْحَقِّ وَبِهِ يَعْدِلُونَ[22]; “Dan di antara orang-orang Kami telah ciptakan orang-orang yang memberi petunjuk kepada kebenaran dan menegakkan keadilan dengannya”, dan sesungguhnya mereka adalah keluarga Nabi, Ahlul Bait beliau, yang beliau telah memberitahukan manusia terkait ukuran mereka, menunjukkan kepada mereka tempat mereka, dan berkata tentang mereka sebelum beliau wafat: «أَيُّهَا النَّاسُ! إِنِّي أُوشَكُ أَنْ أُدْعَى فَأُجِيبَ، وَإِنِّي مَسْؤُولٌ وَأَنْتُمْ مَسْؤُولُونَ، فَإِنِّي تَارِكٌ فِيكُمْ خَلِيفَتَيْنِ: كِتَابَ اللَّهِ وَعِتْرَتِي أَهْلَ بَيْتِي، إِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدِي، فَانْظُرُوا كَيْفَ تَخْلُفُونِي فِيهِمَا، وَإِنَّهُمَا لَنْ يَفْتَرِقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَيَّ الْحَوْضَ، نَبَّأَنِي بِذَلِكَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ»[23]; “Wahai manusia! Aku akan segera dipanggil, dan aku pasti menjawab, dan aku akan diminta pertanggungjawaban dan kalian juga akan diminta pertanggungjawaban; maka aku akan meninggalkan di tengah kalian dua Khalifah: Kitab Allah dan keluargaku, Ahlul Baitku; jika kalian berpegang teguh kepada keduanya, kalian tidak akan tersesat setelahku, maka perhatikanlah bagaimana kalian memperlakukan keduanya setelahku, dan keduanya tidak akan berpisah sampai mereka datang kepadaku di Telaga; Yang Maha Lembut, Maha Mengetahui telah memberitahuku tentang ini.” Namun sayangnya, ketika beliau dipanggil kepada Allah dan menjawab panggilan itu, mayoritas mereka tidak berpegang teguh kepada keduanya; karena mereka mengira bahwa Kitab Allah sudah cukup bagi mereka dan mereka tidak membutuhkan keluarga Nabi, Ahlul Bait beliau! Maka mereka lupa ukuran keluarga beliau, Ahlul Bait beliau, dan menduduki tempat mereka, dan di sinilah kesesatan umat dimulai dan meluapnya penderitaan mereka! Bukankah Allah telah membuat perjanjian dengan mereka dalam Kitab-Nya bahwa mereka harus mengikuti petunjuk-Nya agar mereka tidak jatuh dalam penderitaan, dan bukankah Nabi-Nya telah membuat perjanjian dengan mereka dalam sunnahnya bahwa mereka harus berpegang teguh kepada kitab Allah dan keluarga beliau, Ahlul Bait beliau, sehingga mereka tidak tersesat?! Maka apa yang membuat mereka lupa dengan perjanjian Allah dan melanggar perjanjian Nabi-Nya?! Sesungguhnya mereka adalah orang yang berbuat salah!

Setelah itu, umat ini menjadi seperti kawanan terombang-ambing yang kehilangan gembalanya, dan serigala tidak tahu dari arah mana harus menerkamnya! Manusia tenggelam dalam kegelapan dan meninggalkan agama mereka secara berbondong-bondong. Sunnah dilupakan dan bid'ah yang merusak bermunculan. Islam yang masih muda dibalik keadaannya seperti pakaian kulit yang dikenakan terbalik hingga manusia kembali kepada kebodohan pertama mereka dan menghidupkan kembali jalan-jalan mati dari masa kebodohan. Mereka memaksa Hasan untuk berdamai dan Husain untuk berperang, membunuh anak-anak Husain yang suci yang menyeru kepada keadilan, dan menempatkan di posisi mereka orang yang tidak sepadan dengan ukuran mereka; seakan-akan mereka tidak pernah mendengar firman Allah Ta’ala: ﴿إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَيَقْتُلُونَ الَّذِينَ يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ ۝ أُولَئِكَ الَّذِينَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ[24]; “Sesungguhnya, orang-orang yang kafir terhadap tanda-tanda Allah dan membunuh para Nabi tanpa alasan yang benar dan membunuh orang-orang yang menyeru manusia kepada keadilan, sampaikanlah kepada mereka kabar akan azab yang pedih; mereka itulah orang-orang yang sia-sia amal mereka di dunia dan akhirat, dan mereka tidak mempunyai penolong.”

Maka akibat dari pembangkangan ini adalah penguasa zalim silih berganti memerintah umat ini, tiran setelah tiran, orang bodoh setelah orang bodoh, pendosa setelah pendosa, dan ahli bid‘ah setelah ahli bid‘ah, dan masing-masing dari mereka merampas harta dan jiwa umat hingga tingkat tertentu dan tidak memberi para Imam dari keluarga Nabi, Ahlul Bait beliau, kesempatan untuk berdiri tegak dan menghilangkan dahaga orang-orang tertindas dengan seteguk keadilan! Masing-masing dari mereka menggunakan tipu daya, legitimasi yang dibuat-buat bagi dirinya sendiri dan alasan pembenaran untuk mereka, lalu kemudian menunggangi kereta kekuasaan, menyerang umat yang pertama dan yang terakhir, dan menyeret agama Allah ke jurang kehancuran, dan sementara itu orang-orang bodoh yang selalu menanggung akibat pahit dari kebodohan mereka justru membantu sebagian orang zalim melawan sebagian yang lain dan menggantikan satu pemerintahan zalim dengan pemerintahan zalim yang lain; sebagaimana Allah Ta’ala telah berfirman: ﴿وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ[25]; “Demikianlah Kami biarkan sebagian orang-orang zalim berkuasa atas sebagian yang lain karena apa yang mereka kerjakan.”

Hingga tiba giliran al-Mahdi, hari Kiamat mendekat, dan hati menjadi keras. Maka Allah mengirimkan seorang hamba dari hamba-hamba-Nya dari arah terbit matahari, dengan hikmah dan nasihat yang baik, untuk mengingatkan mereka terkait perjanjian-Nya dan menyeru mereka kepada khalifah-Nya di bumi dari keluarga Nabi-Nya, Ahlul Bait beliau, supaya mereka kembali; dan sayalah hamba itu. Maka jawablah seruan saya dan kembali kepada al-Mahdi agar dosa-dosa kalian diampuni dan urusan kalian diperbaiki sebelum datang kepada kalian suatu hari yang menimpa kaum ‘Ad, kaum Tsamud dan kaum Nuh.

﴿وَالسَّلَامُ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى[26]; “Dan keselamatan atas orang yang mengikuti petunjuk.”

↑[1] . Al-Baqarah/ 38
↑[2] . Taha/ 123
↑[3] . Al-A‘raf/ 24
↑[4] . Ar-Rum/ 41
↑[5] . Al-Hadid/ 25
↑[6] . Ar-Rahman/ 7–9
↑[7] . Al-Hadid/ 25
↑[8] . Ali ‘Imran/ 108
↑[9] . At-Talaq/ 3
↑[10] . Al-Furqan/ 2
↑[11] . Al-Qamar/ 49
↑[12] . Saba’/ 34
↑[13] . Al-A‘raf/ 29
↑[14] . Asy-Syura/ 15
↑[15] . Al-Baqarah/ 156
↑[16] . Al-Baqarah/ 30
↑[17] . Al-Ahzab/ 33
↑[18] . Asy-Syura/ 23; contohnya kerabat dekat Nabi, dan yang paling dekat di antara mereka adalah Ahlul Bait beliau. Lihat Kembali ke Islam, hal. 119.
↑[19] . Al-An‘am/ 90
↑[20] . Al-Furqan/ 57
↑[21] . Saba’/ 47
↑[22] . Al-A‘raf/ 181
↑[23] . Ini adalah hadis mutawatir dan terkenal. Untuk mengetahui tentang riwayat perawi dan sumbernya, lihat Kembali ke Islam, hal. 114.
↑[24] . Ali ‘Imran / 21–22
↑[25] . Al-An‘am/ 129
↑[26] . Taha/ 47
Untuk membaca surat dalam bahasa aslinya, klik di sini.
Bagikan
Bagikan konten ini dengan teman-teman Anda untuk membantu menyebarkan pengetahuan; memberi tahu orang lain tentang pengetahuan ini merupakan bentuk ucapan terima kasih.
Email
Telegram
Facebook
Twitter
Anda juga bisa membaca konten ini dalam bahasa berikut ini:
Jika Anda fasih dalam bahasa lain, terjemahkan konten ini ke bahasa tersebut dan kirimkan terjemahan Anda kepada kami untuk diterbitkan di situs web. [Formulir Terjemahan]