Hadis No. 30
Ketika Imam pergi, sesuatu yang dijanjikan kepada manusia akan menimpa mereka.
رَوَى عَلِيُّ بْنُ بَابَوَيْهِ [ت329ه] فِي «الْإِمَامَةِ وَالتَّبْصِرَةِ»[1]، قَالَ: حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ الْحِمْيَرِيُّ، قَالَا: حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ يَزِيدَ، عَنْ أَحْمَدَ بْنِ هِلَالٍ -فِي حَالِ اسْتِقَامَتِهِ- عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي عُمَيْرٍ، عَنِ ابْنِ أُذَيْنَةَ، عَنْ زُرَارَةَ، قَالَ:
قُلْتُ لِأَبِي عَبْدِ اللَّهِ -يَعْنِي جَعْفَرَ بْنَ مُحَمَّدٍ الصَّادِقَ- عَلَيْهِ السَّلَامُ: يَمْضِي الْإِمَامُ وَلَيْسَ لَهُ عَقِبٌ؟ قَالَ: «لَا يَكُونُ ذَلِكَ»، قُلْتُ: فَيَكُونُ مَاذَا؟ قَالَ: «لَا يَكُونُ ذَلِكَ إِلَّا أَنْ يَغْضَبَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى خَلْقِهِ، فَيُعَاجِلَهُمْ».
Terjemahan:
Ali bin Babawayh [w. 329 H] meriwayatkan dalam kitab al-Imamah wa al-Tabshirah (dengan redaksi sebagai berikut), dia berkata: Sa‘d bin Abdullah dan Abdullah bin Ja’far al-Himyari meriwayatkan kepada kami, mereka berkata: Ya’qub bin Yazid meriwayatkan kepada kami, dari Ahmad bin Hilal sebelum dia sesat, dari Muhammad bin Abi Umair, dari Ibnu Udhainah, dari Zurarah, yang berkata:
Aku berkata kepada Abu Abdullah, yaitu Ja’far bin Muhammad as-Shadiq : “Apakah mungkin seorang Imam wafat tanpa meninggalkan seorang anak (untuk menggantikannya)?” Beliau berkata: “Tidak mungkin.” Aku berkata: “(Kalau begitu) apa yang akan terjadi?” Beliau berkata: “Itu tidak akan terjadi kecuali bila Allah murka kepada makhluk-Nya, maka Dia tidak memberi mereka penangguhan.”
Pertimbangan
قَالَ الْمَنْصُورُ حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى: كَانَ أَحْمَدُ بْنُ هِلَالٍ مُتَّهَمًا فِي دِينِهِ، وَلَمْ يَكُنْ مُتَّهَمًا فِي رِوَايَتِهِ، وَزَعَمَ الطُّوسِيُّ أَنَّ طَائِفَتَهُ يَعْمَلُونَ بِمَا رَوَاهُ فِي حَالِ اسْتِقَامَتِهِ[2]، وَهَذِهِ رِوَايَةٌ رَوَاهَا فِي حَالِ اسْتِقَامَتِهِ، وَلَمْ يَنْفَرِدْ بِهَا، بَلْ تَابَعَهُ إِبْرَاهِيمُ بْنُ هَاشِمٍ:
Terjemahan:
Mansur berkata: Ahmad bin Hilal dituduh terkait akidahnya, tetapi dia tidak dituduh terkait riwayatnya. Dan at-Tusi percaya bahwa mazhabnya (yaitu Syiah) mengamalkan apa yang dia riwayatkan sebelum sesat. Dan ini adalah riwayat yang dia riwayatkan sebelum sesat. Dan dia tidak sendirian dalam meriwayatkannya; karena Ibrahim bin Hasyim juga meriwayatkannya bersamanya:
Penguat No. 1
رَوَى مُحَمَّدُ بْنُ جَرِيرٍ الطَّبَرِيُّ [تبعد411ه] فِي «دَلَائِلِ الْإِمَامَةِ»[3] -وَهُوَ غَيْرُ صَاحِبِ التَّارِيخِ- قَالَ: أَخْبَرَنِي أَبُو الْحَسَنِ عَلِيُّ بْنُ هِبَةِ اللَّهِ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ زِيَادٍ الْهَمْدَانِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ هَاشِمٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي عُمَيْرٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ أُذَيْنَةَ، عَنْ زُرَارَةَ، قَالَ -فَذَكَرَ مِثْلَهُ.
Terjemahan:
Muhammad bin Jarir at-Tabari [w. setelah 411 H], yaitu seseorang yang berbeda dengan penulis kitab Tarikh, meriwayatkan dalam kitab Dala’il al-Imamah, dia berkata: Abu al-Hasan Ali bin Hibbatullah mengabarkan kepadaku, dia berkata: Abu Ja’far Muhammad bin Ali bin Husain meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Ahmad bin Ziyad al-Hamdani meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Ali bin Ibrahim bin Hasyim meriwayatkan kepada kami, dari ayahnya, dari Muhammad bin Abi Umair, dari Umar bin Udhainah, dari Zurarah yang berkata, lalu dia menyebutkan hadis yang serupa.
Pertimbangan
قَالَ الْمَنْصُورُ حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى: هَذَا حَدِيثٌ فُتِنَ بِهِ بَعْضُ فِرَقِ الشِّيعَةِ، فَزَعَمُوا أَنَّ الْإِمَامَةَ بَطَلَتْ بَعْدَ إِمَامِهِمُ الْحَادِي عَشَرَ، فَارْتَفَعَتِ الْأَئِمَّةُ، وَلَيْسَ فِي زَمَانِنَا هَذَا إِمَامٌ وَلَا حُجَّةٌ فِي الْأَرْضِ، وَإِنَّمَا الْحُجَّةُ الْأَخْبَارُ الْوَارِدَةُ عَنِ النَّبِيِّ وَالْأَئِمَّةِ الْمُتَقَدِّمِينَ إِلَى أَنْ يَبْعَثَ اللَّهُ الْمَهْدِيَّ إِذَا شَاءَ، وَزَعَمُوا أَنَّ ذَلِكَ سَائِغٌ إِذَا غَضِبَ اللَّهُ عَلَى الْعِبَادِ بِمَعَاصِيهِمْ فَجَعَلَهُ عُقُوبَةً لَهُمْ -ذَكَرَهُمْ أَبُو مُحَمَّدٍ الْحَسَنُ بْنُ مُوسَى النَّوْبَخْتِيُّ [تبعد300ه] فِي «فِرَقِ الشِّيعَةِ»[4]- وَلَيْسَ كَمَا زَعَمُوا؛ لِأَنَّ قَوْلَ اللَّهِ تَعَالَى: ﴿إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً﴾[5] عَامٌّ لَا مُخَصِّصَ لَهُ فِي كِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى، وَلَيْسَ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿عَلَى فَتْرَةٍ مِنَ الرُّسُلِ﴾[6] مُخَصِّصًا لَهُ؛ لِأَنَّ الْخَلِيفَةَ أَعَمُّ مِنَ الرَّسُولِ، وَلَا رَيْبَ فِي أَنَّ هَذَا الْحَدِيثَ لَا يَقْدِرُ عَلَى تَخْصِيصِ كِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى لَوْ كَانَتْ فِيهِ دَلَالَةٌ عَلَى مَا قَالُوا، وَالْحَقُّ أَنَّهُ لَا دَلَالَةَ فِيهِ عَلَى ذَلِكَ؛ لِأَنَّ الْمُرَادَ بِغَضَبِ اللَّهِ تَعَالَى فِيهِ الْعَذَابُ أَوِ السَّاعَةُ، كَمَا تَقَدَّمَ تَفْسِيرُهُ فِي الْأَحَادِيثِ السَّابِقَةِ حَيْثُ قَالَتْ: «لَوْ رُفِعَ الْإِمَامُ مِنَ الْأَرْضِ لَسَاخَتْ وَمَاجَتْ بِأَهْلِهَا كَمَا يَمُوجُ الْبَحْرُ بِأَهْلِهِ»، وَقَدْ جَاءَ بِصَرَاحَةٍ فِيمَا رُوِيَ عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ وَابْنِهِ الصَّادِقِ عَلَيْهِمَا السَّلَامُ:
Terjemahan:
Mansur berkata: Ini adalah hadis yang memperdaya sebagian kelompok Syiah. Mereka mengira bahwa Imamah telah terputus setelah Imam kesebelas mereka, dan para Imam telah diangkat, dan pada zaman kita tidak ada Imam atau hujjah di bumi, serta hujjah hanyalah berita yang disampaikan dari Nabi dan Imam-imam terdahulu, sampai Allah membangkitkan Mahdi kapan pun Dia kehendaki. Mereka mengira hal itu dapat terjadi apabila Allah murka kepada hamba-Nya karena dosa-dosa mereka dan menjadikannya sebagai hukuman bagi mereka. Abu Muhammad Hasan bin Musa al-Nawbakhti [w. setelah 300 H] telah menyebut kelompok ini dalam Firaq al-Syiah. Tetapi, anggapan mereka tidak benar; karena firman Allah yang menyatakan: “Aku adalah Yang Menetapkan seorang khalifah di bumi”, bersifat umum, dan tidak ada sesuatu yang mengecualikannya dalam kitab Allah. Dan firman-Nya: “Setelah suatu masa tanpa para Nabi”, tidak termasuk pengecualian; karena “khalifah” adalah istilah yang lebih umum daripada “Nabi” (yaitu mencakup Nabi dan para pengganti Nabi). Tidak diragukan bahwa hadis ini, sekalipun seandainya menunjukkan anggapan mereka, tetap tidak bisa mengecualikan Kitab Allah. Yang benar adalah hadis ini sama sekali tidak menunjukkan anggapan mereka; karena yang dimaksud dengan murka Allah di dalamnya adalah azab atau Hari Kiamat; sebagaimana tafsirnya telah dijelaskan dalam hadis-hadis sebelumnya, di mana mereka berkata: “Apabila Imam diangkat dari bumi, ia akan tenggelam dan mengguncang para penghuninya, sebagaimana laut mengguncang para penghuninya.” Dan dalam riwayat yang berasal dari Abu Ja’far (al-Baqir) dan putranya Shadiq
, hal itu secara tegas telah disebutkan:
Penguat No. 2
رَوَى مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ بَابَوَيْهِ [ت381ه] فِي «عِلَلِ الشَّرَائِعِ»[7]، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ إِسْحَاقَ الطَّالَقَانِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ يَحْيَى، قَالَ: حَدَّثَنَا الْمُغِيرَةُ بْنُ مُحَمَّدٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا رَجَاءُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ شِمْرٍ، عَنْ جَابِرِ بْنِ يَزِيدَ الْجُعْفِيِّ، قَالَ: قُلْتُ لِأَبِي جَعْفَرٍ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ الْبَاقِرِ عَلَيْهِ السَّلَامُ: لِأَيِّ شَيْءٍ يُحْتَاجُ إِلَى النَّبِيِّ وَالْإِمَامِ؟ فَقَالَ: «لِبَقَاءِ الْعَالَمِ عَلَى صَلَاحِهِ، وَذَلِكَ أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَرْفَعُ الْعَذَابَ عَنْ أَهْلِ الْأَرْضِ إِذَا كَانَ فِيهَا نَبِيٌّ أَوْ إِمَامٌ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ﴾[8]، وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ: ”النُّجُومُ أَمَانٌ لِأَهْلِ السَّمَاءِ، وَأَهْلُ بَيْتِي أَمَانٌ لِأَهْلِ الْأَرْضِ، فَإِذَا ذَهَبَتِ النُّجُومُ أَتَى أَهْلَ السَّمَاءِ مَا يَكْرَهُونَ، وَإِذَا ذَهَبَ أَهْلُ بَيْتِي أَتَى أَهْلَ الْأَرْضِ مَا يَكْرَهُونَ“، يَعْنِي بِأَهْلِ بَيْتِهِ الْأَئِمَّةَ الَّذِينَ قَرَنَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ طَاعَتَهُمْ بِطَاعَتِهِ فَقَالَ: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ﴾[9]».
Terjemahan:
Muhammad bin Ali bin Babawayh [w. 381 H] meriwayatkan dalam kitab Ilal al-Syara’i, dia berkata: Muhammad bin Ibrahim bin Ishaq at-Thalaqani meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Abdul Aziz bin Yahya meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Mughirah bin Muhammad meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Raja’ bin Salamah meriwayatkan kepada kami, dari Amr bin Shimr, dari Jabir bin Yazid al-Ju’fi yang berkata: Aku berkata kepada Abu Ja’far Muhammad bin Ali al-Baqir : “Kenapa diperlukan Nabi dan Imam?” Maka beliau berkata: “Agar dunia tetap teratur. Dan itu karena Allah Azza wa Jalla mengangkat azab dari penduduk bumi setiap kali terdapat seorang Nabi atau Imam di atasnya. Allah Azza wa Jalla berfirman: ‘Allah tidak akan mengazab mereka, selama engkau berada di antara mereka’, dan Nabi
bersabda: ‘Bintang-bintang adalah penjaga bagi penduduk langit, dan Ahlul Baitku adalah penjaga bagi penduduk bumi. Maka apabila bintang-bintang pergi, sesuatu yang tidak disukai penduduk langit akan menimpa mereka, dan apabila Ahlul Baitku pergi, sesuatu yang tidak disukai penduduk bumi akan menimpa mereka.’ Yang dimaksud dengan Ahlul Bait beliau adalah para Imam, yang Allah telah jadikan ketaatan kepada mereka sejajar dengan ketaatan kepada-Nya, dan Dia telah berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul dan para pemilik otoritas di antara kalian.’”
Penguat No. 3
وَرَوَى عَبَّادُ بْنُ يَعْقُوبَ الْعُصْفُرِيُّ [ت250ه][10]، عَنْ عَمْرِو بْنِ ثَابِتٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ عَلَيْهِ السَّلَامُ، قَالَ: سَمِعْتُهُ يَقُولُ: «لَوْ بَقِيَتِ الْأَرْضُ يَوْمًا بِلَا إِمَامٍ مِنَّا، لَسَاخَتْ بِأَهْلِهَا، وَلَعَذَّبَهُمُ اللَّهُ بِأَشَدِّ عَذَابِهِ، ذَلِكَ أَنَّ اللَّهَ جَعَلَنَا حُجَّةً فِي أَرْضِهِ، وَأَمَانًا فِي الْأَرْضِ لِأَهْلِ الْأَرْضِ، لَنْ يَزَالُوا فِي أَمَانٍ أَنْ تَسِيخَ بِهِمُ الْأَرْضُ مَا دُمْنَا بَيْنَ أَظْهُرِهِمْ، فَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ أَنْ يُهْلِكَهُمْ ثُمَّ لَا يُمْهِلَهُمْ وَلَا يُنْظِرَهُمْ، ذَهَبَ بِنَا مِنْ بَيْنِهِمْ، وَرَفَعَنَا إِلَيْهِ، ثُمَّ يَفْعَلُ اللَّهُ بِهِمْ مَا شَاءَ وَأَحَبَّ».
Terjemahan:
Selain itu, Abbad bin Ya’qub Usfuri [w. 250 H] meriwayatkan dari Amr bin Tsabit, dari ayahnya, dari Abu Ja’far (al-Baqir) . Dia berkata: Aku mendengar beliau berkata: “Jika bumi bertahan bahkan satu hari saja tanpa seorang Imam dari kami (Ahlul Bait), ia akan menelan penduduknya, dan Allah pasti mengazab mereka dengan azab-Nya yang keras; karena Allah telah menjadikan kami sebagai hujjah di bumi-Nya dan sebagai penjaga di bumi bagi penduduk bumi. Oleh karena itu, mereka akan selalu berada dalam keamanan dari ditelan bumi selama kami berada di antara mereka. Maka ketika Allah berkehendak untuk membinasakan mereka dan tidak lagi memberi mereka penangguhan atau kesempatan, Dia akan mengangkat kami dari tengah-tengah mereka dan mengambil kami kepada-Nya. Setelah itu, Allah melakukan terhadap mereka apa pun yang Dia kehendaki dan sukai.”
Penguat No. 4
وَرَوَى عَلِيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ هَاشِمٍ [تنحو329ه] فِي «تَفْسِيرِهِ»[11]، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي، عَنِ ابْنِ أَبِي عُمَيْرٍ، عَنْ مَنْصُورِ بْنِ يُونُسَ، عَنْ أَبِي حَمْزَةَ -وَفِي رِوَايَةٍ أُخْرَى[12]: عَنْ مَنْصُورِ بْنِ يُونُسَ، عَنْ جَلِيسٍ لَهُ، عَنْ أَبِي حَمْزَةَ- عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ عَلَيْهِ السَّلَامُ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ﴾[13] قَالَ: «فَيَفْنَى كُلُّ شَيْءٍ وَيَبْقَى الْوَجْهُ؟! اللَّهُ أَعْظَمُ مِنْ أَنْ يُوصَفَ، لَا وَلَكِنَّ مَعْنَاهُ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا دِينَهُ، وَنَحْنُ الْوَجْهُ الَّذِي يُؤْتَى اللَّهُ مِنْهُ، لَمْ نَزَلْ فِي عِبَادِهِ مَا دَامَ اللَّهُ لَهُ فِيهِمْ رَوِيَّةٌ، فَإِذَا لَمْ يَكُنْ لَهُ فِيهِمْ رَوِيَّةٌ رَفَعَنَا إِلَيْهِ، فَفَعَلَ بِنَا مَا أَحَبَّ»، قُلْتُ: جُعِلْتُ فِدَاكَ، وَمَا الرَّوِيَّةُ؟ قَالَ: «الْحَاجَةُ».
Terjemahan:
Selain itu, Ali bin Ibrahim bin Hasyim [w. sekitar 329 H] meriwayatkan dalam Tafsirnya, dia berkata: Ayahku meriwayatkan kepadaku, dari Ibnu Abi Umair, dari Mansur bin Yunus, dari Abu Hamzah, dan dalam riwayat lain disebutkan: dari Mansur bin Yunus, dari sahabatnya, dari Abu Hamzah, dari Abu Ja’far (al-Baqir) bahwa terkait firman Allah: “Segala sesuatu binasa kecuali wajah-Nya” beliau berkata: “Apakah segala sesuatu binasa kecuali wajah?! Allah lebih agung daripada disifati dengan hal seperti itu. Bukan itu maksudnya; melainkan, segala sesuatu akan binasa kecuali agama-Nya. Dan kami adalah perwujudan wajah itu yang darinya orang dapat mencapai Allah. Kami akan selalu berada di tengah hamba-Nya, selama Allah masih memiliki rawiyyah dengan mereka. Maka ketika Dia sudah tidak lagi memiliki rawiyyah dengan mereka, Dia akan mengangkat kami kepada-Nya dan melakukan kepada kami apa pun yang Dia sukai.” Aku berkata: “Aku rela berkorban untukmu, apa itu rawiyyah?” Beliau berkata: “Urusan.”
Penguat No. 5
وَرَوَى مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ بَابَوَيْهِ [ت381ه] فِي «التَّوْحِيدِ»[14]، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَحْمَدَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عِيسَى، عَنْ عَلِيِّ بْنِ سَيْفٍ، عَنْ أَخِيهِ الْحُسَيْنِ بْنِ سَيْفٍ، عَنْ أَبِيهِ سَيْفِ بْنِ عَمِيرَةَ النَّخَعِيِّ، عَنْ خَيْثَمَةَ، عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ عَلَيْهِ السَّلَامُ أَنَّهُ قَالَ فِي حَدِيثٍ: «نَحْنُ وَجْهُ اللَّهِ الَّذِي يُؤْتَى مِنْهُ، لَنْ نَزَالَ فِي عِبَادِهِ مَا دَامَتْ لِلَّهِ فِيهِمْ رَوِيَّةٌ»، قُلْتُ: وَمَا الرَّوِيَّةُ؟ قَالَ: «الْحَاجَةُ، فَإِذَا لَمْ يَكُنْ لِلَّهِ فِيهِمْ حَاجَةٌ رَفَعَنَا إِلَيْهِ وَصَنَعَ مَا أَحَبَّ».
Terjemahan:
Selain itu, Muhammad bin Ali bin Babawayh [w. 381 H] meriwayatkan dalam kitab al-Tauhid, dari ayahnya yang berkata: Sa‘d bin Abdullah meriwayatkan kepada kami, dari Ahmad bin Muhammad bin Isa, dari Ali bin Saif, dari saudaranya Husain bin Saif, dari ayahnya Saif bin Amirah an-Nakha’i, dari Khaitsama, dari Abu Abdullah (Ja’far bin Muhammad as-Shadiq) yang dalam sebuah hadis berkata: “Kami adalah (perwujudan) wajah Allah yang darinya orang dapat sampai kepada-Nya. Selama Allah masih memiliki rawiyyah untuk hamba-Nya, kami akan tetap berada di tengah mereka.” Aku berkata: “Apa itu rawiyyah?” Beliau berkata: “Urusan. Maka ketika Allah sudah tidak lagi memiliki urusan dengan mereka, Dia akan mengangkat kami kepada-Nya, dan kemudian melakukan apa pun yang Dia sukai.”
Penguat No. 6
وَرَوَى مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ بَابَوَيْهِ [ت381ه] فِي «كَمَالِ الدِّينِ وَتَمَامِ النِّعْمَةِ»[15]، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ الْحِمْيَرِيُّ، عَنْ أَحْمَدَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عِيسَى، عَنِ الْحُسَيْنِ بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ فَضَالَةَ بْنِ أَيُّوبَ، عَنْ دَاوُدَ، عَنْ فُضَيْلٍ الرَّسَّانِ، قَالَ: كَتَبَ مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ إِلَى أَبِي عَبْدِ اللَّهِ عَلَيْهِ السَّلَامُ: «أَخْبِرْنَا مَا فَضْلُكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ؟» فَكَتَبَ إِلَيْهِ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ عَلَيْهِ السَّلَامُ: «إِنَّ الْكَوَاكِبَ جُعِلَتْ فِي السَّمَاءِ أَمَانًا لِأَهْلِ السَّمَاءِ، فَإِذَا ذَهَبَتْ نُجُومُ السَّمَاءِ جَاءَ أَهْلَ السَّمَاءِ مَا كَانُوا يُوعَدُونَ، وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ: ”جُعِلَ أَهْلُ بَيْتِي أَمَانًا لِأُمَّتِي، فَإِذَا ذَهَبَ أَهْلُ بَيْتِي جَاءَ أُمَّتِي مَا كَانُوا يُوعَدُونَ“».
Terjemahan:
Selain itu, Muhammad bin Ali bin Babawayh [w. 381 H] meriwayatkan dalam kitab Kamal al-Din wa Tamam al-Ni‘mah, dia berkata: Ayahku meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Abdullah bin Ja’far al-Himyari meriwayatkan kepada kami, dari Ahmad bin Muhammad bin Isa, dari Husain bin Sa‘id, dari Fadhalah bin Ayyub, dari Dawud, dari Fudhail ar-Rassan yang berkata: Muhammad bin Ibrahim menulis kepada Abu Abdullah (Ja’far bin Muhammad as-Shadiq) : “Beritahukan kepada kami, apa keutamaan kalian Ahlul Bait?” Maka Abu Abdullah
menjawabnya dengan menulis: “Bintang-bintang di langit adalah penjaga bagi penduduk langit. Maka ketika bintang-bintang di langit hilang, sesuatu yang telah dijanjikan kepada penduduk langit akan menimpa mereka. Dan Rasulullah
bersabda: ‘Ahlul Baitku dijadikan sebagai penjaga bagi umatku. Maka ketika Ahlul Baitku pergi, sesuatu yang telah dijanjikan kepada umatku akan menimpa mereka.’”
Pertimbangan
قَالَ الْمَنْصُورُ حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى: زَعَمَ بَعْضُ الْكَارِهِينَ لِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ أَنَّ حَدِيثَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ فِي أَنَّ أَهْلَ بَيْتِهِ هُمْ أَمَانٌ لِأَهْلِ الْأَرْضِ حَدِيثٌ مَوْضُوعٌ، وَلَيْسَ كَمَا زَعَمُوا، بَلْ هُوَ حَدِيثٌ صَحِيحٌ يُوَافِقُ الْقُرْآنَ وَالسُّنَّةَ، وَيُوَافِقُ الْعَقْلَ، كَمَا صَحَّحَهُ الْحَاكِمُ [ت405ه] فِي «الْمُسْتَدْرَكِ»[16]، وَالْمَوْضُوعُ حَدِيثٌ صَحَّحُوهُ لِيُعَارِضُوا بِهِ الْحَقَّ، وَفِيهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «أَصْحَابِي أَمَنَةٌ لِأُمَّتِي، فَإِذَا ذَهَبَ أَصْحَابِي أَتَى أُمَّتِي مَا يُوعَدُونَ»[17]، وَهُوَ حَدِيثٌ بَاطِلٌ يُخَالِفُ الْقُرْآنَ وَالسُّنَّةَ، وَيُخَالِفُ الْعَقْلَ؛ لِأَنَّهُ إِنْ أَرَادَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ بِـ«مَا يُوعَدُونَ» الْعَذَابَ أَوِ السَّاعَةَ فَلَمْ يَأْتِيَا أُمَّتَهُ إِذْ ذَهَبَ أَصْحَابُهُ، وَإِنْ أَرَادَ بِذَلِكَ الْإِخْتِلَافَ فَقَدْ أَتَاهُمْ وَأَصْحَابُهُ فِيهِمْ، بَلْ أَصْحَابُهُ أَسَّسُوا بُنْيَانَهُ بِاخْتِلَافِهِمْ فِيمَا بَيْنَهُمْ، وَمَا كَانَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَقُولَ مَا لَيْسَ بِحَقٍّ، وَلَمْ يَقُلْهُ، وَالْحَدِيثُ رَوَاهُ أَبُو بُرْدَةَ بْنُ أَبِي مُوسَى، وَهُوَ رَجُلُ سَوْءٍ يُبْغِضُ عَلِيًّا وَيُوَالِي أَعْدَاءَهُ، وَقَدْ شَهِدَ عَلَى حُجْرِ بْنِ عَدِيٍّ الْكِنْدِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِأَمْرٍ مِنْ زِيَادِ بْنِ أَبِيهِ، وَالظَّنُّ أَنَّهُ حَرَّفَ الْحَدِيثَ بُغْضًا لِأَهْلِ الْبَيْتِ، وَالْجَاهِلُ مَنْ أَمِنَهُ عَلَى مِثْلِ هَذَا الْحَدِيثِ، وَالصَّحِيحُ مَا جَاءَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ فِي أَهْلِ بَيْتِهِ الَّذِينَ أَذْهَبَ اللَّهُ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرَهُمْ تَطْهِيرًا، وَقَدْ جَاءَ مِنْ طَرِيقِ عَلِيٍّ وَجَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ وَسَلَمَةَ بْنِ الْأَكْوَعِ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ وَأَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ وَأَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ.
Terjemahan:
Mansur berkata: Sebagian orang yang membenci apa yang Allah turunkan mengira bahwa hadis Nabi
yang menyatakan Ahlul Bait beliau adalah penjaga bagi penduduk bumi adalah hadis buatan. Namun, ini tidaklah sebagaimana yang mereka kira; bahkan, ini adalah hadis sahih yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah, serta sesuai dengan akal. Selain itu, Hakim (al-Nisyaburi) [w. 405 H] menganggapnya sahih dalam kitab al-Mustadrak. Yang palsu adalah hadis yang mereka anggap sahih untuk menentang kebenaran (yaitu hadis sahih ini). Dan telah disebutkan di dalamnya bahwa Nabi
bersabda: “Sahabat-sahabatku adalah penjaga bagi umatku. Maka ketika sahabat-sahabatku pergi, sesuatu yang dijanjikan kepada umatku akan menimpa mereka.” Ini adalah hadis palsu yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah, serta bertentangan dengan akal; karena jika yang dimaksud Nabi
dengan “sesuatu yang dijanjikan kepada umatku” adalah azab atau Hari Kiamat, maka keduanya tidak menimpa umatnya ketika para sahabatnya telah tiada. Dan jika maksudnya adalah perpecahan, maka perpecahan telah menimpa mereka ketika sahabat-sahabatnya masih ada di tengah mereka, bahkan sahabat-sahabatnya sendiri yang meletakkan dasarnya dengan perpecahan di antara mereka. Namun, Nabi
tidak mungkin mengatakan sesuatu yang tidak benar, dan dengan demikian beliau tidak mengatakannya. Abu Burdah bin Abu Musa meriwayatkan hadis ini. Dan dia adalah orang buruk yang membenci Ali serta berteman dengan musuh-musuh beliau. Dan atas perintah Ziyad bin Abih[18], dia memberikan kesaksian melawan Hujr bin Adi al-Kindi (semoga Allah ridha kepadanya). Dipercaya bahwa dia mengubah hadis karena kebenciannya kepada Ahlul Bait, dan hanya orang bodoh yang mau mempercayainya dalam urusan hadis seperti ini. Yang sahih adalah apa yang datang dari Nabi
mengenai Ahlul Bait beliau, yang Allah telah menghilangkan segala kotoran dari mereka dan menyucikan mereka dengan sesuci-sucinya. Dan hal itu diriwayatkan melalui Ali, Jabir bin Abdullah, Salamah bin al-Akwa’, Abdullah bin Abbas, Abu Sa‘id al-Khudri, dan Abu Musa al-Asy’ari[19].