Hadis No. 6
Bumi tidak pernah tanpa seorang ulama yang memurnikan agama untuk manusia.
رَوَى عَلِيُّ بْنُ بَابَوَيْهِ [ت329ه] فِي «الْإِمَامَةِ وَالتَّبْصِرَةِ»[1]، عَنْ سَعْدٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عِيسَى بْنِ عُبَيْدٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِنَانٍ وَصَفْوَانِ بْنِ يَحْيَى وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُغِيرَةِ وَعَلِيِّ بْنِ النُّعْمَانِ كُلِّهِمْ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُسْكَانَ، عَنْ أَبِي بَصِيرٍ، عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ -يَعْنِي جَعْفَرَ بْنَ مُحَمَّدٍ الصَّادِقَ- عَلَيْهِ السَّلَامُ، قَالَ:
إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَدَعِ الْأَرْضَ إِلَّا وَفِيهَا عَالِمٌ يَعْلَمُ الزِّيَادَةَ وَالنُّقْصَانَ، فَإِذَا زَادَ الْمُؤْمِنُونَ رَدَّهُمْ وَإِنْ نَقَصُوا أَكْمَلَهُ لَهُمْ، فَقَالَ: خُذُوهُ كَامِلًا، وَلَوْلَا ذَلِكَ لَالْتَبَسَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَمْرُهُمْ، وَلَمْ يُفَرَّقْ بَيْنَ الْحَقِّ وَالْبَاطِلِ.
Terjemahan:
Ali bin Babawayh [w. 329 H] meriwayatkan dalam kitab al-Imamah wa al-Tabsirah, dari Sa’d, dari Muhammad bin Isa bin Ubaid, dari Muhammad bin Sinan, Shafwan bin Yahya, Abdullah bin Mughirah, dan Ali bin Nu’man, semuanya dari Abdullah bin Muskan, dari Abu Bashir, dari Abu Abdullah, yaitu Ja‘far bin Muhammad as-Shadiq yang berkata:
Sesungguhnya, Allah tidak pernah membiarkan bumi, kecuali terdapat seorang ulama di atasnya yang mengetahui penambahan dan ketidaksempurnaan, sehingga apabila orang-orang yang beriman menambahkannya, beliau mengembalikannya, dan apabila mereka menguranginya, beliau menyempurnakannya untuk mereka, lalu beliau berkata: “Ambillah ia dalam keadaan sempurna.” Dan jika tidak demikian, urusan orang-orang yang beriman akan menjadi meragukan bagi mereka, dan kebenaran tidak dapat dibedakan dari kebatilan.
Pertimbangan
قَالَ الْمَنْصُورُ حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى: كَذَلِكَ نَقُولُ لِلنَّاسِ: خُذُوا الدِّينَ كَامِلًا لَا نُقْصَانَ فِيهِ وَخَالِصًا لَا زِيَادَةَ مَعَهُ؛ فَإِنَّمَا مَثَلُهُ كَمَثَلِ النَّارِ إِنِ ازْدَادَتْ حَرَّقَتِ الطَّعَامَ وَإِنْ نَقَصَتْ لَمْ تَطْبَخْهُ.
Terjemahan:
Mansur berkata: Inilah ucapan kami kepada manusia: Ambillah agama dalam keadaan sempurna dan murni, tanpa kekurangan di dalamnya dan tanpa penambahan padanya; karena perumpamaannya adalah seperti api: apabila ia berlebihan, ia membakar makanan, dan apabila ia kurang, ia tidak memasaknya.