Sabtu, 20 September 2025 / 27 Rabiul Awal 1447 H
Mansur Hasyimi Khorasani
 Pelajaran baru: Pelajaran dari Yang Mulia tentang fakta bahwa bumi tidak pernah kosong dari seorang laki-laki yang memiliki pengetahuan menyeluruh tentang agama, yang telah Allah tunjuk sebagai khalifah, imam, dan pembimbing di atasnya sesuai dengan perintah-Nya; Ayat-ayat Al Qur’an tentangnya; Ayat no. 16. Klik di sini untuk membaca. Surat baru: Sebuah Surat yang Sangat Bermanfaat dari Yang Terhormat yang Berisi Tiga Puluh Wasiat Akhlak. Klik di sini untuk membaca. Ucapan baru: Sebuah ucapan dari Yang Mulia tentang mereka yang saat ini tidak menghargainya dan mengejek seruannya kepada Mahdi. Klik di sini untuk membaca. Kunjungi beranda untuk membaca konten paling penting di situs web. Pertanyaan baru: Bagaimana pandangan Islam terhadap taqlid (mengikuti secara buta)? Klik di sini untuk membaca jawaban. Artikel baru: Artikel “Sebuah ulasan buku Kembali ke Islam karya Mansur Hasyimi Khorasani” ditulis oleh “Sayyed Mohammad Sadeq Javadian” telah terbit. Klik di sini untuk membaca. Kunjungi beranda untuk membaca konten paling penting di situs web.
loading
Pelajaran
 
Pelajaran dari Yang Mulia tentang fakta bahwa bumi tidak pernah kosong dari seorang laki-laki yang memiliki pengetahuan menyeluruh tentang agama, yang telah Allah tunjuk sesuai dengan perintah-Nya.
Hadis-Hadis Sahih dari Nabi Tentangnya

Hadis No. 20

Setelah Nabi, ada seorang penguasa yang harus dihormati, dan dia adalah penguasa dari Allah di bumi.

رَوَى ابْنُ أَبِي عَاصِمٍ [ت287هـ] فِي «السُّنَّةِ»[1]، قَالَ: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ الْبَزَّارِ، حَدَّثَنَا أَبُو تَوْبَةَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُهَاجِرٍ، عَنِ ابْنِ حَلْبَسٍ، عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِي سُفْيَانَ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ:

سَيَكُونُ بَعْدِي سُلْطَانٌ، فَأَعِزُّوهُ، مَنِ الْتَمَسَ ذُلَّهُ ثَغَرَ ثُغْرَةً فِي الْإِسْلَامِ، وَلَمْ يُقْبَلْ مِنْهُ تَوْبَةٌ حَتَّى يُعِيدَهَا كَمَا كَانَتْ.

Terjemahan:

Ibnu Abi Asim [w. 287 H] meriwayatkan dalam kitab al-Sunnah, (dengan bentuk sebagai berikut:) dia berkata: Hasan bin Bazzar meriwayatkan kepada kami, (dia berkata:) Abu Taubah meriwayatkan kepada kami, (dia berkata:) Muhammad bin Muhajir meriwayatkan kepada kami, dari Ibnu Halbas, dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dari Abu Dzar, yang berkata: aku mendengar Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) bersabda:

Akan ada seorang penguasa setelahku, maka hormatilah dia. Barang siapa berupaya menghinakannya, maka dia telah membuat celah dalam Islam, dan tobat darinya tidak akan diterima hingga dia mengembalikannya ke keadaannya yang semula.

Penguat No.1

وَرَوَى ابْنُ أَبِي عَاصِمٍ [ت287هـ] فِي «السُّنَّةِ»[2] أَيْضًا، قَالَ: حَدَّثَنَا رَاشِدُ بْنُ سَعِيدٍ أَبُو بَكْرٍ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ، حَدَّثَنَا مَرْوَانُ بْنُ جُنَاحٍ، حَدَّثَنَا نُصَيْرٌ مَوْلَى خَالِدٍ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «سَيَكُونُ بَعْدِي سُلْطَانٌ، فَمَنْ أَرَادَ ذُلَّهُ ثَغَرَ فِي الْإِسْلَامِ ثُغْرَةً، وَلَيْسَتْ لَهُ تَوْبَةٌ إِلَّا أَنْ يَسُدَّهَا، وَلَيْسَ يَسُدُّهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ».

Terjemahan:

Selain itu, Ibnu Abi Asim [w. 287 H] meriwayatkan dalam bagian lain dari kitab al-Sunnah, dia berkata: Abu Bakar Rasyid bin Said meriwayatkan kepada kami, (dia berkata:) Walid bin Muslim meriwayatkan kepada kami, (dia berkata:) Marwan bin Junah meriwayatkan kepada kami, (dia berkata:) Nushair, mantan budak Khalid, meriwayatkan kepada kami dari Abu Dzar yang berkata: aku mendengar Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) bersabda: “Akan ada seorang penguasa setelahku. Barang siapa yang menghendaki kehinaan baginya, sungguh dia telah membuat celah dalam Islam, dan tidak akan ada tobat baginya hingga dia menutupnya, tetapi dia tidak akan menutupnya hingga Hari Kiamat.”

Penguat No.2

وَرَوَى ابْنُ أَبِي عَاصِمٍ [ت287هـ] فِي «السُّنَّةِ»[3] أَيْضًا، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، عَنِ الْعَوَّامِ بْنِ حَوْشَبٍ، حَدَّثَنَا الْقَاسِمُ بْنُ عَوْفٍ الشَّيْبَانِيُّ، عَنْ رَجُلٍ، قَالَ: حَمَلْتُ لِأَبِي ذَرٍّ شَيْئًا، فَقَالَ أَبُو ذَرٍّ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّهُ كَائِنٌ بَعْدِي سُلْطَانٌ، فَلَا تُذِلُّوهُ، فَمَنْ أَرَادَ أَنْ يُذِلَّهُ خَلَعَ رِبْقَةَ الْإِسْلَامِ مِنْ عُنُقِهِ، وَلَيْسَ يُقْبَلُ مِنْهُ تَوْبَةٌ حَتَّى يَسُدَّ ثُلْمَتَهُ الَّتِي ثَلَمَ، وَلَيْسَ بِفَاعِلٍ».

Terjemahan:

Selain itu, Ibnu Abi Asim [w. 287 H] meriwayatkan dalam bagian lain dari kitab al-Sunnah, dia berkata: Abu Bakar bin Abi Syaibah meriwayatkan kepada kami, (dia berkata:) Yazid bin Harun meriwayatkan kepada kami dari Awwam bin Hausyab, (dia berkata:) Qasim bin Auf asy-Syaibani meriwayatkan kepada kami dari seorang laki-laki yang berkata: aku mengantarkan sesuatu untuk Abu Dzar, lalu dia berkata: aku mendengar Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) bersabda: “Sungguh, akan ada seorang penguasa setelahku, maka janganlah menghinakannya; karena barang siapa yang menghendaki kehinaannya, dia telah melepaskan ikatan Islam dari lehernya, dan tobatnya tidak akan diterima hingga dia menutup celah yang telah dia buat, namun dia tidak akan mampu melakukannya.”

Pertimbangan

قَالَ الْمَنْصُورُ حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى: هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ لَهُ شَوَاهِدُ كَثِيرَةٌ، وَالسُّلْطَانُ الَّذِي أَخْبَرَ بِهِ النَّبِيُّ وَأَمَرَ بِإِعْزَازِهِ هُوَ سُلْطَانُ اللَّهِ فِي الْأَرْضِ، وَلَيْسَ سُلْطَانَ النَّاسِ.

Terjemahan:

Mansur (Hafizhahullah Ta‘ala) berkata: Hadis ini adalah hadis sahih yang memiliki banyak penguat. Dan yang dimaksud dengan penguasa yang diberitakan oleh Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) dan diperintahkan untuk dihormati adalah penguasa dari Allah di bumi, bukan penguasa dari manusia.

Penguat No. 3

كَمَا رَوَى التِّرْمِذِيُّ [ت279هـ] فِي «سُنَنِهِ»[4]، قَالَ: حَدَّثَنَا بُنْدَارٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ، قَالَ: حَدَّثَنَا حُمَيْدُ بْنُ مِهْرَانَ، عَنْ سَعْدِ بْنِ أَوْسٍ، عَنْ زِيَادِ بْنِ كُسَيْبٍ الْعَدَوِيِّ، عَنْ أَبِي بَكْرَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَنْ أَهَانَ سُلْطَانَ اللَّهِ فِي الْأَرْضِ أَهَانَهُ اللَّهُ»، وَفِي رِوَايَةٍ أُخْرَى[5]: «مَنْ أَكْرَمَ سُلْطَانَ اللَّهِ أَكْرَمَهُ اللَّهُ، وَمَنْ أَهَانَ سُلْطَانَ اللَّهِ أَهَانَهُ اللَّهُ».

Terjemahan:

Selain itu, at-Tirmidzi [w. 279 H] meriwayatkan dalam Sunannya, dia berkata: Bundar meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Abu Dawud meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Humayd bin Mihran meriwayatkan kepada kami, dari Sa‘d bin Aws, dari Ziyad bin Kusayb al-Adawi, dari Abu Bakarah yang berkata: Aku mendengar Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) bersabda: “Barang siapa menghinakan penguasa dari Allah di bumi, maka Allah akan menghinakannya.” Dan dalam riwayat lain disebutkan: “Barang siapa menghormati penguasa dari Allah, maka Allah akan menghormatinya. Dan barang siapa menghinakan penguasa dari Allah, maka Allah akan menghinakannya.”

Penguat No. 4

وَرَوَى أَحْمَدُ بْنُ عَمْرٍو الْبَزَّارُ [ت292هـ] فِي «مُسْنَدِهِ»[6]، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مَعْمَرٍ، قَالَ: أَخْبَرَنَا الضَّحَّاكُ بْنُ مَخْلَدٍ، قَالَ: أَخْبَرَنَا كَثِيرُ بْنُ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ رِبْعِيِّ بْنِ حِرَاشٍ، عَنْ حُذَيْفَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ؛ وَأَخْبَرَنَاهُ أَحْمَدُ بْنُ الْمِقْدَامِ، قَالَ: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ، قَالَ: أَخْبَرَنَا كَثِيرُ بْنُ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ رِبْعِيٍّ، عَنْ حُذَيْفَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَا مِنْ قَوْمٍ مَشَوْا إِلَى سُلْطَانِ اللَّهِ لِيُذِلُّوهُ إِلَّا أَذَلَّهُمُ اللَّهُ قَبْلَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ».

Terjemahan:

Selain itu, Ahmad bin Amr al-Bazzar [w. 292 H] meriwayatkan dalam Musnadnya, dia berkata: Muhammad bin Ma‘mar meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Dhahhak bin Makhlad mengabarkan kepada kami, dia berkata: Katsir bin Abi Katsir mengabarkan kepada kami, dari Rabi‘ bin Hirasy, dari Hudzaifah, dari Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam); dan juga Ahmad bin Miqdam mengabarkan kepada kami, dia berkata: Muhammad bin Bakr mengabarkan kepada kami, dia berkata: Katsir bin Abi Katsir mengabarkan kepada kami, dari Rabi‘, dari Hudzaifah, dari Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) yang bersabda: “Tidak ada satu kelompok pun yang melangkah kepada penguasa dari Allah dengan maksud untuk menghinakannya, melainkan Allah akan menghinakan mereka sebelum Hari Kiamat.”

Penguat No. 5

وَرَوَى ابْنُ أَبِي عَاصِمٍ [ت287هـ] فِي «السُّنَّةِ»[7]، قَالَ: حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ بَقِيَّةَ، حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ حُسَيْنِ بْنِ قَيْسٍ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ: «مَنِ اسْتَعْمَلَ عَامِلًا عَلَى قَوْمٍ، وَفِي تِلْكَ الْعِصَابَةِ مَنْ هُو أَرْضَى لِلَّهِ مِنْهُ، فَقَدْ خَانَ اللَّهَ وَخَانَ رَسُولَ اللَّهِ وَخَانَ جَمِيعَ الْمُسْلِمِينَ، وَمَنْ مَشَى إِلَى سُلْطَانِ اللَّهِ فِي الْأَرْضِ لِيُذِلَّهَ، أَذَلَّ اللَّهُ رَقَبَتَهُ قَبْلَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَعَ مَا ذَخَرَ لَهُ مِنَ الْعَذَابِ ».

Terjemahan:

Selain itu, Ibnu Abi Asim [w. 287 H] meriwataykan dalam kitab Al-Sunnah, dia berkata: Wahb bin Baqiyyah meriwayatkan kepada kami, (dia berkata:) Khalid bin Abdullah meriwayatkan kepada kami, dari Husain bin Qais, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang berkata: Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) bersabda: “Barang siapa mengangkat seorang pejabat atas suatu kaum padahal di tengah kaum itu ada orang yang lebih baik darinya di sisi Allah, maka sungguh dia telah berkhianat kepada Allah, rasul-Nya, dan seluruh umat muslim. Dan barang siapa mendatangi penguasa dari Allah dengan maksud untuk menghinakannya, maka Allah akan menghinakan lehernya sebelum Hari Kiamat, di samping azab yang Dia telah sediakan untuknya.”

Pertimbangan

قَالَ الْمَنْصُورُ حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى: لَقَدْ جَاءَ فِي آخِرِ الْحَدِيثِ: «سُلْطَانُ اللَّهِ كِتَابُهُ وَسُنَّةُ نَبِيِّهِ»، وَهِيَ زِيَادَةٌ مُنْكَرَةٌ، أَظُنُّهَا مِنْ قَوْلِ عِكْرِمَةَ؛ فَقَدْ كَانَ يَرَى رَأْيَ الْخَوَارِجِ[8]، وَسُلْطَانُ اللَّهِ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَتُهُ فِيهَا، وَإِنَّمَا يُقَالُ لَهُ سُلْطَانُ اللَّهِ لِأَنَّ اللَّهَ جَعَلَهُ دُونَ النَّاسِ، وَلَا يُقَالُ لِمَنْ نَالَ سُلْطَانًا بِتَغَلُّبٍ مِنْهُ أَوْ رَأْيٍ مِنَ النَّاسِ سُلْطَانُ اللَّهِ؛ كَمَا رُوِيَ أَنَّ جَعْدَةَ بْنَ هُبَيْرَةَ قَالَ فِي مَرَضِهِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ لِعُوَّادِهِ وَجُلَسَائِهِ: «هَذَا السُّلْطَانُ سُلْطَانُ اللَّهِ، جَعَلَهُ اللَّهُ، وَلَيْسَ أَنْتُمْ تَجْعَلُونَهُ»[9]، وَكَانَ مِنْ شِيعَةِ عَلِيٍّ، وَرُوِيَ أَنَّ أُمَّ سَلَمَةَ قَالَتْ يَوْمًا لِمَنْ عِنْدَهَا: «كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا دَعَاكُمْ دَاعِيَانِ: دَاعٍ إِلَى كِتَابِ اللَّهِ، وَدَاعٍ إِلَى سُلْطَانِ اللَّهِ؟» فَقَالُوا: «نُجِيبُ الدَّاعِي إِلَى كِتَابِ اللَّهِ»، فَقَالَتْ: «لَا، بَلْ أَجِيبُوا الدَّاعِيَ إِلَى سُلْطَانِ اللَّهِ، فَإِنَّ كِتَابَ اللَّهِ مَعَ سُلْطَانِهِ»[10]، وَصَدَقَتْ وَبَرَّتْ؛ فَقَدْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّهُمَا لَنْ يَفْتَرِقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَى الْحَوْضِ»، وَأَجَابَ الْخَوَارِجُ إِلَى كِتَابِ اللَّهِ وَخَالَفُوا سُلْطَانَهُ، فَضَلُّوا ضَلَالًا بَعِيدًا.

Terjemahan:

Mansur (Hafizhahullah Ta‘ala) berkata: Di akhir hadis disebutkan: “Penguasa dari Allah adalah kitab-Nya dan sunnah nabi-Nya.” Dan tambahan ini tertolak, yang aku kira berasal dari ucapan Ikrimah; karena dia sependapat dengan kelompok Khawarij. Yang dimaksud dengan penguasa dari Allah di bumi adalah khalifah-Nya, dan dia disebut “penguasa dari Allah” karena Allah yang menetapkannya, bukan manusia. Dan orang yang mencapai kekuasaan dengan paksaan atau dengan suara rakyat tidak disebut penguasa dari Allah; sebagaimana telah diriwayatkan bahwa Jadah bin Hubayrah, dalam sakit yang membawanya kepada kematian, berkata kepada orang-orang yang menjenguknya dan sahabatnya: “Penguasa ini adalah penguasa dari Allah. Allah yang telah menetapkannya dan bukan kalian yang menetapkannya”, dan dia termasuk pengikut Ali. Dan telah diriwayatkan bahwa suatu hari Ummu Salamah berkata kepada orang-orang yang berada di sisinya: “Apa yang akan kalian lakukan ketika dua penyeru menyeru kalian, seorang penyeru menuju kitab Allah dan seorang penyeru menuju penguasa dari Allah?” Maka mereka berkata: “Kami akan memenuhi seruan penyeru menuju kitab Allah.” Maka dia berkata: “Tidak. Penuhilah seruan penyeru menuju penguasa dari Allah, karena kitab Allah bersama dengan penguasa dari-Nya.” Dan dia benar dan berkata dengan baik; karena Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) bersabda: “Keduanya tidak akan pernah berpisah sampai mereka datang kepadaku di telaga.” Dan kelompok Khawarij memenuhi seruan (kepada penyeru) kitab Allah dan menentang penguasa dari Allah, maka mereka tersesat jauh.

Penguat No. 6

وَرَوَى الطَّبَرَانِيُّ [ت360هـ] فِي «مُسْنَدِ الشَّامِيِّينَ»[11]، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ، حَدَّثَنَا الْهَيْثَمُ بْنُ خَارِجَةَ؛ وَحَدَّثَنَا الْخَطَّابُ بْنُ سَعْدٍ الدِّمَشْقِيُّ، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ؛ وَحَدَّثَنَا الْقَاسِمُ بْنُ يُوسُفَ بْنِ يَعْقُوبَ الْبَلْخِيُّ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ الْمَرْوَزِيُّ، قَالُوا: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ، عَنِ الْوَضِينِ بْنِ عَطَاءٍ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ مَرْثَدٍ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «أَلَا إِنَّ رَحَى الْإِسْلَامِ دَائِرَةٌ، فَدُورُوا مَعَ الْكِتَابِ حَيْثُ دَارَ، أَلَا إِنَّ الْكِتَابَ وَالسُّلْطَانَ سَيَفْتَرِقَانِ، فَلَا تُفَارِقُوا الْكِتَابَ، أَلَا إِنَّهُ سَيَكُونُ عَلَيْكُمْ أُمَرَاءُ يَقْضُونَ لِأَنْفُسِهِمْ مَا لَا يَقْضُونَ لَكُمْ، إِنْ عَصَيْتُمُوهُمْ قَتَلُوكُمْ، وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ أَضَلُّوكُمْ»، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ نَصْنَعُ؟ قَالَ: «كَمَا صَنَعَ أَصْحَابُ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ، نُشِرُوا بِالْمَنَاشِيرِ، وَحُمِلُوا عَلَى الْخُشُبِ، مَوْتٌ فِي طَاعَةٍ خَيْرٌ مِنْ حَيَاةٍ فِي مَعْصِيَةِ اللَّهِ».

Terjemahan:

Selain itu, Thabarani [w. 360 H] meriwayatkan dalam kitab Musnad al-Syamiyyin, dia berkata: Abdullah bin Ahmad bin Hanbal meriwayatkan kepada kami, (dia berkata:) Haitsam bin Kharijah meriwayatkan kepada kami; dan juga Khattab bin Saad al-Dimasyqi meriwayatkan kepada kami, (dia berkata:) Hisyam bin Ammar meriwayatkan kepada kami; dan juga Qasim bin Yusuf bin Ya‘qub al-Balkhi meriwayatkan kepada kami, (dia berkata:) Ali bin Hujr al-Marwazi meriwayatkan kepada kami, (mereka semua) berkata: Abdullah bin Abdurrahman bin Yazid bin Jabir meriwayatkan kepada kami, dari Wadin bin Ata, dari Yazid bin Marthad, dari Muadz bin Jabal yang berkata: Aku mendengar Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) bersabda: “Ketahuilah bahwa penggilingan Islam sedang berputar, maka berputarlah bersama kitab ke mana pun ia berputar (yaitu jadikan kitab sebagai tolok ukur). Ketahuilah bahwa kitab dan penguasa akan berpisah, maka janganlah kalian berpisah dari kitab. Ketahuilah bahwa para penguasa akan memerintah kalian, yang mereka menetapkan hukum untuk diri mereka sendiri sesuatu yang tidak mereka tetapkan untuk kalian. Jika kalian menentang mereka, mereka akan membunuh kalian; dan jika kalian menaati mereka, mereka akan menyesatkan kalian.” Mereka berkata: “Ya Rasulullah! Apa yang harus kami lakukan?” Beliau bersabda: “Sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat Isa bin Maryam. Mereka dipotong-potong dan digantung di tiang gantungan, karena mati dalam ketaatan kepada Allah lebih baik daripada hidup dalam kemaksiatan kepada-Nya.”

Pertimbangan

قَالَ الْمَنْصُورُ حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى: إِنَّمَا قَالَ: «السُّلْطَانَ»، وَلَمْ يَقُلْ: «سُلْطَانَ اللَّهِ»، وَالسُّلْطَانُ أَعَمُّ مِنْ سُلْطَانِ اللَّهِ، وَلِذَلِكَ قَدْ يُفَارِقُ الْكِتَابَ، وَسُلْطَانُ اللَّهِ لَا يُفَارِقُ الْكِتَابَ، وَمَا أَهْلَكَ أَهْلَ الْحَدِيثِ إِلَّا جَهْلُهُمْ بِهَذَا، إِذْ زَعَمُوا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ أَمَرَهُمْ بِطَاعَةِ السُّلْطَانِ، وَمَا أَمَرَهُمْ إِلَّا بِطَاعَةِ سُلْطَانِ اللَّهِ، وَلَيْسَ كُلُّ سُلْطَانٍ سُلْطَانَ اللَّهِ، وَمَا جَهْلُهُمْ بِهَذَا إِلَّا كَجَهْلِ امْرَأَةٍ مُوَسْوَسَةٍ جَاءَتْ إِلَى طَاغِيَةٍ مِنْ بَنِي عَبَّاسٍ، فَقَالَتْ لَهُ: «بِأَبِي أَنْتُمْ، مَا أَكْثَرَ ظُلْمَ النَّاسِ لَكُمْ!» قَالَ: «فِيمَ ذَاكَ؟!» قَالَتْ: «يَزْعُمُونَ أَنَّ الْخُلَفَاءَ مِنْكُمْ ظَلَمَةٌ، وَلَوْ كَانُوا كَذَلِكَ مَا وَلَّاهُمُ اللَّهُ خِلَافَتَهُ! أَلَيْسَ يَقُولُ: ﴿لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ[12]؟ فَلَوْ كَانُوا ظَلَمَةً لَمْ يَنَلْهُمْ عَهْدُهُ!»[13] وَلَمْ تَكُنْ هَذِهِ الْغَبِيَّةُ فِي خَبْطِهَا بِأَجْهَلَ مِنْ هَؤُلَاءِ الْمَنْسُوبِينَ إِلَى الْعِلْمِ، وَلَوْ رَجَعُوا إِلَى الْعُلَمَاءِ لَبَيَّنُوا لَهُمْ؛ كَمَا رُوِيَ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ بَعْضَ أَهْلِ الْبَيْتِ عَنْ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: ﴿قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ[14]، وَقَالَ: «أَلَيْسَ قَدْ آتَى اللَّهُ بَنِي أُمَيَّةَ الْمُلْكَ؟!» فَقَالَ: «لَيْسَ حَيْثُ تَذْهَبُ إِلَيْهِ، إِنَّ اللَّهَ آتَانَا الْمُلْكَ، وَأَخَذَهُ بَنُو أُمَيَّةَ، بِمَنْزِلَةِ الرَّجُلِ يَكُونُ لَهُ الثَّوْبُ، فَيَأْخُذُهُ الْآخَرُ، فَلَيْسَ هُوَ لِلَّذِي أَخَذَهُ»[15]!

Terjemahan:

Mansur (Hafizhahullah Ta‘ala) berkata: Beliau telah mengatakan: “penguasa”, dan tidak mengatakan: “penguasa dari Allah.” Dan istilah “penguasa” lebih luas daripada “penguasa dari Allah”, dan oleh karena itu, mungkin saja dia berpisah dari kitab. Namun, penguasa dari Allah tidak akan berpisah dari kitab. Dan tidak ada yang membinasakan ahli hadis selain kebodohan mereka terhadap poin ini, ketika mereka menyangka bahwa Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) memerintahkan mereka untuk menaati setiap penguasa, padahal beliau tidak memerintahkan mereka kecuali untuk menaati penguasa dari Allah. Dan tidaklah setiap penguasa itu adalah pengusa dari Allah. Dan kebodohan mereka terhadap poin ini tidak lain seperti kebodohan seorang perempuan yang berangan-angan, yang datang kepada salah satu dari para taghut Bani Abbas dan berkata kepadanya: “Ayahku menjadi tebusan bagimu! Betapa besar kezaliman manusia terhadapmu!” Dia berkata: “Dari sisi apa?” Dia berkata: “Mereka menyangka bahwa para khalifah dari kalangan kalian adalah orang-orang zalim. Padahal jika memang demikian, Allah tidak akan menetapkan mereka sebagai khalifah-Nya! Bukankah Dia telah berfirman: ‘Janji-Ku tidak akan sampai kepada orang-orang zalim’? Maka jika mereka itu zalim, janji Allah tidak akan sampai kepada mereka!” Dan perempuan bodoh ini dalam kesalahannya tidak lebih bodoh dari orang-orang yang mengaku berilmu tersebut. Dan seandainya mereka merujuk kepada para ulama sejati, niscaya mereka akan dijelaskan; sebagaimana telah diriwayatkan bahwa seorang laki-laki bertanya kepada salah seorang dari Ahlul Bait tentang firman Allah ini: “Katakanlah: ‘Ya Allah! Engkaulah pemilik kerajaan! Engkau memberikan kerajaan kepada siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau mencabut kerajaan dari siapa yang Engkau kehendaki’”, dan dia berkata: “Bukankah berarti Allah telah memberikan kerajaan kepada Bani Umayyah?!” Maka beliau berkata: “Bukan sebagaimana yang engkau pahami. Allah telah memberikan kerajaan kepada kami, dan Bani Umayyah telah merampasnya, seperti seorang laki-laki yang memiliki pakaian lalu orang lain merampasnya, maka pakaian itu bukan milik orang yang merampasnya.”

↑[1] . Al-Sunnah oleh Ibnu Abi Asim, vol. 2, hal. 513
↑[2] . Al-Sunnah oleh Ibnu Abi Asim, vol. 2, hal. 489
↑[3] . Al-Sunnah oleh Ibnu Abi Asim, vol. 2, hal. 490
↑[4] . Sunan at-Tirmidzi, vol. 4, hal. 502
↑[5] . Musnad Ahmad, vol. 34, hal. 135; Al-Sunnah oleh Ibnu Abi Asim, vol. 2, hal. 489; Musnad al-Shihab oleh al-Qudai, vol. 1, hal. 259; al-Sunan al-Kubra oleh al-Baihaqi, vol. 8, hal. 283
↑[6] . Musnad al-Bazzar, vol. 7, hal. 266
↑[7] . Al-Sunnah oleh Ibnu Abi Asim, vol. 2, hal. 626
↑[8] . Lihat al-Tabaqat al-Kubra oleh Ibnu Sad, vol. 7, hal. 288; al-Maarif oleh Ibnu Qutaybah, vol. 1, hal. 457; al-Tarikh al-Kabir oleh Ibnu Abi Khaythamah (buku ketiga), vol. 2, hal. 194; al-Muntakhab Min Dhayl al-Mudhayyal oleh at-Tabari, hal. 122; Qabul al-Akhbar Wa Ma’rifah al-Rijal oleh al-Kabi, vol. 1, hal. 220
↑[9] . Sejarah Damaskus oleh Ibnu Asakir, vol. 59, hal. 176 dan 211
↑[10] . Musnad Ishaq bin Rahawayh, vol. 4, hal. 163
↑[11] . Musnad al-Shamiyyin oleh al-Tabarani, vol. 1, hal. 379
↑[12] . Al-Baqarah/124
↑[13] . Al-Zamakhshari telah menyebutkannya dalam kitab Rabi al-Abrar Wa Nusus al-Akhyar (vol. 5, hal. 182)
↑[14] . Ali ‘Imran/26
↑[15] . Tafsir al-Ayyashi, vol. 1, hal. 166; al-Kafi oleh al-Kulaini, vol. 8, hal. 266
Bagikan
Bagikan konten ini dengan teman-teman Anda untuk membantu menyebarkan pengetahuan; memberi tahu orang lain tentang pengetahuan ini merupakan bentuk ucapan terima kasih.
Email
Telegram
Facebook
Twitter
Anda juga bisa membaca konten ini dalam bahasa berikut ini:
Jika Anda fasih dalam bahasa lain, terjemahkan konten ini ke bahasa tersebut dan kirimkan terjemahan Anda kepada kami untuk diterbitkan di situs web. [Formulir Terjemahan]