Sabtu, 20 September 2025 / 27 Rabiul Awal 1447 H
Mansur Hasyimi Khorasani
 Pelajaran baru: Pelajaran dari Yang Mulia tentang fakta bahwa bumi tidak pernah kosong dari seorang laki-laki yang memiliki pengetahuan menyeluruh tentang agama, yang telah Allah tunjuk sebagai khalifah, imam, dan pembimbing di atasnya sesuai dengan perintah-Nya; Ayat-ayat Al Qur’an tentangnya; Ayat no. 16. Klik di sini untuk membaca. Surat baru: Sebuah Surat yang Sangat Bermanfaat dari Yang Terhormat yang Berisi Tiga Puluh Wasiat Akhlak. Klik di sini untuk membaca. Ucapan baru: Sebuah ucapan dari Yang Mulia tentang mereka yang saat ini tidak menghargainya dan mengejek seruannya kepada Mahdi. Klik di sini untuk membaca. Kunjungi beranda untuk membaca konten paling penting di situs web. Pertanyaan baru: Bagaimana pandangan Islam terhadap taqlid (mengikuti secara buta)? Klik di sini untuk membaca jawaban. Artikel baru: Artikel “Sebuah ulasan buku Kembali ke Islam karya Mansur Hasyimi Khorasani” ditulis oleh “Sayyed Mohammad Sadeq Javadian” telah terbit. Klik di sini untuk membaca. Kunjungi beranda untuk membaca konten paling penting di situs web.
loading
Pelajaran
 
Pelajaran dari Yang Mulia tentang fakta bahwa bumi tidak pernah kosong dari seorang laki-laki yang memiliki pengetahuan menyeluruh tentang agama, yang telah Allah tunjuk sesuai dengan perintah-Nya.
Hadis-Hadis Sahih dari Nabi Tentangnya

Hadis No. 18

“Setelah Nabi akan ada dua jenis khalifah.”

رَوَى أَبُو يَعْلَى [ت307هـ] فِي «مُسْنَدِهِ»[1]، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ زَنْجَوَيْهِ، حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ عَبْدُ الْقُدُّوسِ بْنُ الْحَجَّاجِ، حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ، حَدَّثَنِي الزُّهْرِيُّ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ:

سَيَكُونُ بَعْدِي خُلَفَاءُ يَعْمَلُونَ بِمَا يَعْلَمُونَ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ، وَسَيَكُونُ بَعْدِي خُلَفَاءُ يَعْمَلُونَ بِمَا لَا يَعْلَمُونَ وَيَفْعَلُونَ بِمَا لَا يُؤْمَرُونَ، فَمَنْ أَنْكَرَ عَلَيْهِمْ بَرِئَ، وَمَنْ أَمْسَكَ يَدَهُ سَلِمَ، وَلَكِنْ مَنْ رَضِيَ وَتَابَعَ.

Terjemahan:

Abu Ya’la [w. 307 H] meriwayatkan dalam Musnadnya (dalam bentuk sebagai berikut) dia berkata: Abu Bakar bin Zanjawih meriwayatkan kepada kami, (dia berkata:) Abu Mughirah Abdul Quddus bin Hajjaj meriwayatkan kepada kami, (dia berkata:) Al-Awza’i meriwayatkan kepada kami, (dia berkata:) Az-Zuhri meriwayatkan kepadaku, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, yang berkata: Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) bersabda:

Setelahku akan ada para khalifah yang beramal sesuai dengan apa yang mereka ketahui dan melaksanakan apa yang telah diperintahkan kepada mereka. Dan akan ada pula setelahku para khalifah yang beramal atas dasar apa yang tidak mereka ketahui dan melaksanakan apa yang tidak diperintahkan kepada mereka. Maka siapa saja yang menentang mereka, dia telah menunaikan kewajibannya dan siapa yang tidak bekerja sama dengan mereka, dia akan selamat, berbeda halnya dengan orang yang menyetujui dan mendukung (mereka).

Pertimbangan

قَالَ الْمَنْصُورُ حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى: هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ بِهَذَا اللَّفْظِ، وَقَدْ رُوِيَ مِثْلُهُ عَنْ أَنَسٍ وَابْنِ عُمَرَ، وَهُوَ يَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ يَكُونُ بَعْدَ النَّبِيِّ خَلِيفَتَانِ: خَلِيفَةٌ يَعْمَلُ بِعِلْمٍ وَيَفْعَلُ بِأَمْرٍ مِنَ اللَّهِ، فَهُوَ خَلِيفَةُ اللَّهِ؛ كَمَا قَالَ: ﴿وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ ۖ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ[2]، وَخَلِيفَةٌ يَعْمَلُ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَفْعَلُ بِغَيْرِ أَمْرٍ مِنَ اللَّهِ، فَهُوَ خَلِيفَةُ النَّار؛ كَمَا قَالَ: ﴿وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يُنْصَرُونَ[3]؛ فَيَتَمَايَزُ الْخَلِيفَتَانِ فِي الْعِلْمِ وَالْأَمْرِ، هَذَا يَعْلَمُ الدِّينَ وَيُقِيمُهُ بِأَمْرِ اللَّهِ، وَهَذَا لَا يَعْلَمُ الدِّينَ وَلَا يُقِيمُهُ بِأَمْرِ اللَّهِ، وَإِنَّمَا يَظُنُّ وَيَتَكَلَّفُ؛ فَمَنْ أَنْكَرَ عَلَيْهِ بِلِسَانِهِ بَرِئَ، وَمَنْ أَمْسَكَ يَدَهُ عَنْ إِعَانَتِهِ سَلِمَ، وَلَكِنْ مَنْ رَضِيَ بِهِ وَتَابَعَهُ كَانَ مِنَ الْهَالِكِينَ.

Terjemahan:

Mansur (Hafizhahullah Ta‘ala) berkata: Hadis dengan redaksi ini adalah hadis sahih, dan riwayat serupa juga diriwayatkan dari Anas dan Ibnu Umar. Hadis ini menunjukkan bahwa setelah Nabi akan ada dua jenis khalifah: Khalifah yang beramal dengan ilmu dan perintah dari Allah, dan dia adalah khalifah Allah; sebagaimana Dia telah berfirman: “Dan Kami jadikan mereka para imam yang memberi petunjuk dengan perintah Kami. Dan Kami wahyukan kepada mereka untuk melakukan kebaikan, mendirikan salat, dan menunaikan zakat. Dan mereka adalah orang-orang yang menyembah Kami”; dan khalifah yang beramal tanpa ilmu dan tanpa perintah dari Allah, dan dia adalah khalifah neraka; sebagaimana Dia telah berfirman: “Dan Kami jadikan mereka para imam yang menyeru ke neraka. Dan mereka tidak mendapat pertolongan pada Hari Kiamat.” Maka kedua jenis khalifah itu dibedakan dalam hal “ilmu” dan “perintah”; yang satu mengetahui agama dan menegakkannya atas dasar perintah Allah, dan yang lain tidak mengetahui agama dan tidak menegakkannya atas dasar perintah Allah, melainkan hanya bersandar pada dugaan dan klaim. Maka siapa pun yang mengingkarinya dengan lisannya, dia telah menunaikan kewajibannya, dan siapa yang menahan diri dari membantunya, dia akan selamat. Namun, siapa yang mendukung dan menyertainya, maka dia termasuk orang-orang yang binasa.

Penguat No.1

وَرَوَى مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ الصَّفَّارُ [ت290هـ] فِي «بَصَائِرِ الدَّرَجَاتِ»[4]، قَالَ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنِ الْحُسَيْنِ بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْمَاعِيلَ، عَنْ مَنْصُورٍ؛ وَرَوَى عَلِيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ هَاشِمٍ [ت‌نحو329هـ] فِي «تَفْسِيرِهِ»[5]، قَالَ: حَدَّثَنَا حُمَيْدُ بْنُ زِيَادٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحُسَيْنِ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى؛ جَمِيعًا عَنْ طَلْحَةَ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: «الْأَئِمَّةُ فِي كِتَابِ اللَّهِ إِمَامَانِ: إِمَامُ عَدْلٍ وَإِمَامُ جَوْرٍ، قَالَ اللَّهُ: ﴿وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا، لَا بِأَمْرِ النَّاسِ، يُقَدِّمُونَ أَمْرَ اللَّهِ قَبْلَ أَمْرِهِمْ وَحُكْمَ اللَّهِ قَبْلَ حُكْمِهِمْ، قَالَ: ﴿وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ، يُقَدِّمُونَ أَمْرَهُمْ قَبْلَ أَمْرِ اللَّهِ وَحُكْمَهُمْ قَبْلَ حُكْمِ اللَّهِ، وَيَأْخُذُونَ بِأَهْوَائِهِمْ خِلَافًا لِمَا فِي كِتَابِ اللَّهِ».

Terjemahan:

Selain itu, Muhammad bin Saffar [w. 290 H] meriwayatkan dalam kitab Basaair ad-Darajaat, dia berkata: Ahmad bin Muhammad meriwayatkan kepada kami, dari Husain bin Sa‘id, dari Muhammad bin Ismail, dari Mansur; dan juga Ali bin Ibrahim bin Hashim [w. sekitar 329 H] meriwayatkan dalam Tafsirnya, dia berkata: Humaid bin Ziyad meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Muhammad bin Husain meriwayatkan kepada kami, dari Muhammad bin Yahya, keduanya dari Thalhah bin Zaid, dari Ja‘far bin Muhammad, dari ayahnya yang berkata: “Para imam dalam Kitab Allah terbagi menjadi dua golongan: imam-imam keadilan dan imam-imam kezaliman. Allah berfirman: ‘Kami jadikan mereka para imam yang memberi petunjuk dengan perintah Kami’, bukan dengan perintah manusia. Mereka mendahulukan perintah Allah atas perintah mereka sendiri, dan hukum Allah atas hukum mereka sendiri; dan Dia berfirman: ‘Kami jadikan mereka para imam yang menyeru ke neraka.’ Mereka mendahulukan perintah manusia atas perintah Allah dan hukum mereka atas hukum Allah, dan mereka beramal berdasarkan hawa nafsu mereka dan bertentangan dengan apa yang ada dalam Kitab Allah.”

Pertimbangan

قَالَ الْمَنْصُورُ حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى: يَعْنِي أَنَّ اللَّهَ فَرَّقَ بَيْنَ الْإِمَامَيْنِ بِأَنَّ أَحَدَهُمَا يَهْدِي بِأَمْرِهِ، وَالْآخَرَ يَهْدِي بِغَيْرِ أَمْرِهِ؛ فَكُلُّ إِمَامٍ يَهْدِي بِأَمْرِ اللَّهِ فَهُوَ إِمَامُ عَدْلٍ يَجِبُ طَاعَتُهُ فِي كِتَابِ اللَّهِ وَإِنْ كَرِهَهُ النَّاسُ، وَكُلُّ إِمَامٍ يَهْدِي بِغَيْرِ أَمْرِ اللَّهِ فَهُوَ إِمَامُ جَوْرٍ يَحْرُمُ طَاعَتُهُ فِي كِتَابِ اللَّهِ وَإِنْ رَضِيَهُ النَّاسُ، وَإِنَّمَا يَهْدِي بِأَمْرِ اللَّهِ مَنْ أَمَرَهُ اللَّهُ بِأَنْ يَهْدِيَ؛ لِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَأْمُرْهُ بِذَلِكَ إِلَّا وَقَدْ رَآهُ لِذَلِكَ أَهْلًا؛ كَمَا قَالَ: ﴿اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ[6]، وَأَمَّا مَنْ تَكَلَّفَ ذَلِكَ وَلَمْ يَأْمُرْهُ اللَّهُ بِهِ فَهُوَ إِمَامُ جَوْرٍ وَإِنْ أَرَادَ عَدْلًا؛ لِأَنَّهُ دَخَلَ فِيمَا لَا يَعْنِيهِ، وَمَنَعَ أَهْلَهُ مِنَ الدُّخُولِ فِيهِ، وَكَفَى بِذَلِكَ جَوْرًا، وَلِذَلِكَ رَأَى أَهْلُ الْبَيْتِ أَنَّ عُمَرَ بْنَ عَبْدِ الْعَزِيزِ كَانَ إِمَامًا جَائِرًا وَإِنْ كَانَ مَرْضِيًّا فِي سِيرَتِهِ؛ كَمَا رُوِيَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَطَاءٍ التَّمِيمِيِّ، قَالَ: كُنْتُ مَعَ عَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ عَلَيْهِ السَّلَامُ فِي الْمَسْجِدِ، فَمَرَّ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ وَعَلَيْهِ نَعْلَانِ شِرَاكُهُمَا فِضَّةٌ، وَكَانَ مِنْ أَحْسَنِ النَّاسِ، وَهُوَ شَابٌّ، فَنَظَرَ إِلَيْهِ عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَقَالَ: «يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَطَاءٍ، تَرَى هَذَا الْمُتْرَفَ؟ إِنَّهُ لَا يَمُوتُ حَتَّى يَلِيَ النَّاسَ»، قُلْتُ: هَذَا الْفَاسِقُ؟! قَالَ: «نَعَمْ، وَلَا يَلْبَثُ فِيهِمْ إِلَّا يَسِيرًا حَتَّى يَمُوتَ، فَإِذَا مَاتَ لَعَنَهُ أَهْلُ السَّمَاءِ وَاسْتَغْفَرَ لَهُ أَهْلُ الْأَرْضِ»[7]، وَذَلِكَ لِأَنَّهُ لَمْ يَكُنْ مِمَّنْ أَمَرَهُمُ اللَّهُ بِهِدَايَةِ النَّاسِ فِي دِينِهِمْ وَدُنْيَاهُمْ، فَجَارَ فِي أَسَاسِ عَمَلِهِ، وَلَا يُقْبَلُ عَمَلٌ أَسَاسُهُ جَوْرٌ؛ كَمَنْ تَصَدَّقَ بِمَالٍ اغْتَصَبَهُ، وَ﴿إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ[8].

Terjemahan:

Mansur (Hafizhahullah Ta‘ala) berkata: Maksudnya, Allah membedakan antara dua kelompok Imam dengan cara seperti ini: salah satunya memimpin dengan perintah-Nya, dan yang lain tanpa perintah-Nya. Maka setiap Imam yang memimpin dengan perintah Allah adalah imam keadilan dalam Kitab Allah, yang ketaatan kepadanya adalah wajib, meskipun manusia tidak menyukainya; dan setiap imam yang memimpin tanpa perintah Allah adalah imam kezaliman dalam Kitab Allah, yang ketaatan kepadanya adalah haram, meskipun manusia ridha kepadanya. Dan tidak ada yang memimpin dengan perintah Allah kecuali yang telah Allah perintahkan untuk memimpin; karena sesungguhnya Allah tidak memerintahkan siapa pun untuk memimpin kecuali yang telah Dia anggap layak untuk kedudukan tersebut, sebagaimana Dia berfirman: “Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan risalah-Nya.” Adapun orang yang memikul tanggung jawab kepemimpinan padahal Allah tidak memerintahkannya untuk itu, maka dia adalah imam yang zalim, meskipun dia berniat berbuat adil; karena dia telah mengambil urusan yang bukan bagiannya, dan menghalangi orang yang layak darinya. Dan hal ini saja sudah cukup sebagai bentuk kezaliman. Karena itulah Ahlul Bait meyakini bahwa Umar bin Abdul Aziz adalah seorang imam yang zalim meskipun memiliki perilaku yang memuaskan. Sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah bin Atha’ at-Tamimi bahwa dia berkata: “Aku bersama Ali bin Husain (Alaihis Salam) di masjid, lalu Umar bin Abdul Aziz lewat dengan mengenakan sepatu yang bertali perak. Dia termasuk orang terbaik dan masih muda. Ali bin Husain (Alaihis Salam) menatapnya dan kemudian berkata: ‘Ya Abdullah bin ‘Atha’! Apakah engkau melihat orang yang hidup mewah itu? Sungguh dia tidak akan mati sebelum menjadi penguasa atas manusia.’ Aku berkata: ‘Pendosa ini?!’ Beliau berkata: ‘Ya, dan dia tidak akan lama tinggal di tengah mereka sebelum dia wafat. Maka ketika dia wafat, para penghuni langit melaknatnya dan para penghuni bumi memintakan ampun untuknya.’” Dan hal itu karena dia bukan termasuk orang-orang yang telah Allah perintahkan untuk memimpin umat dalam urusan agama dan dunia mereka. Maka sejak awal dia telah berbuat zalim dalam tindakannya. Dan perbuatan yang dasarnya zalim tidak akan diterima; seperti orang yang bersedekah dengan harta hasil rampasan. Dan “Sesungguhnya, Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa.”

Penguat No.2

وَرَوَى عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ الْخَزَّازُ [ت‌بعد400هـ] فِي «كِفَايَةِ الْأَثَرِ»[9]، قَالَ: أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو طَالِبٍ عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ يَعْقُوبَ الْأَنْبَارِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ مَسْرُوقٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ شَبِيبٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ زِيَادٍ السَّهْمِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُتْبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عِمْرَانُ بْنُ دَاوُدَ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَنَفِيَّةِ؛ وَرَوَى مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ الطُّوسِيُّ [ت460هـ] فِي «أَمَالِيهِ»[10]، قَالَ: أَخْبَرَنَا جَمَاعَةٌ، عَنْ أَبِي الْمُفَضَّلِ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ مُحَمَّدُ بْنُ صَالِحٍ الْعِجْلِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عِيسَى الْأَشْعَرِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مَحْبُوبٍ، عَنْ هِشَامِ بْنِ سَالِمٍ، عَنْ حَبِيبٍ السِّجِسْتَانِيِّ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ الْبَاقِرِ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ، عَنِ الْحُسَيْنِ بْنِ عَلِيٍّ؛ جَمِيعًا عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ عَلَيْهِ السَّلَامُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: «لَأُعَذِّبَنَّ كُلَّ رَعِيَّةٍ دَانَتْ بِوِلَايَةِ إِمَامٍ جَائِرٍ لَيْسَ مِنَ اللَّهِ، وَإِنْ كَانَتِ الرَّعِيَّةُ فِي أَعْمَالِهَا بَرَّةً تَقِيَّةً، وَلَأَعْفُوَنَّ عَنْ كُلِّ رَعِيَّةٍ دَانَتْ بِوِلَايَةِ إِمَامٍ عَادِلٍ مِنَ اللَّهِ، وَإِنْ كَانَتِ الرَّعِيَّةُ فِي أَعْمَالِهَا ظَالِمَةً مُسِيئَةً».

Terjemahan:

Selain itu, Ali bin Muhammad Khazzaz [w. setelah 400 H] meriwayatkan dalam kitab Kifayatul Atsar dan berkata: Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Ubaidillah memberitakan kepada kami, dia berkata: Abu Thalib Ubaidullah bin Ahmad bin Ya’qub Anbari meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Ahmad bin Muhammad bin Masruq meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Abdullah bin Syabib meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Muhammad bin Ziyad Sahmi meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Sufyan bin Utbah meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Imran bin Dawud meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Muhammad bin Hanafiyyah meriwayatkan kepada kami; demikian pula Muhammad bin Hasan Thusi [w. 460 H] meriwayatkan dalam Amalinya dan berkata: Sekelompok orang memberitakan kepada kami, dari Abu Mufadlal yang berkata: Abu Shalih Muhammad bin Shalih Ajali meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Ahmad bin Muhammad bin ‘Isa Asy’ari meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Hasan bin Mahbub meriwayatkan kepada kami, dari Hisyam bin Salim, dari Habib Sijistani, dari Abu Ja’far Muhammad bin Ali Baqir, dari Ali bin Husain, dari Husain bin Ali, keduanya dari Ali bin Abi Thalib (Alaihis Salam), yang berkata: Aku mendengar Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) bersabda: Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi berfirman: “Setiap rakyat yang menjalankan agama di bawah kepemimpinan seorang imam yang zalim yang bukan dari sisi Allah, pasti akan Aku siksa dengan keras, meskipun dia dalam amalnya adalah orang baik dan bertakwa. Dan setiap rakyat yang menjalankan agama di bawah kepemimpinan seorang Imam yang adil yang berasal dari sisi Allah, pasti akan Aku ampuni, meskipun dia dalam amalnya adalah orang zalim dan pelaku dosa.”

Pertimbangan

قَالَ الْمَنْصُورُ حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى: هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ لَهُ طُرُقٌ كَثِيرَةٌ، وَلَهُ شَاهِدٌ عِنْدَ ابْنِ أَبِي الدُّنْيَا [ت281هـ]، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَسَّانَ السَّمْتِيُّ، قَالَ: أَخْبَرَنَا أَبُو عُثْمَانَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ زَيْدٍ الْكَلْبِيُّ، قَالَ: أَخْبَرَنِي الْأَوْزَاعِيُّ، عَنْ حَسَّانَ بْنِ عَطِيَّةَ، عَنْ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ: «لَنْ تَهْلِكَ الرَّعِيَّةُ وَإِنْ كَانَتْ ظَالِمَةً مُسِيئَةً إِذَا كَانَتِ الْوُلَاةُ هَادِيَةً مَهْدِيَّةً، وَلَكِنْ تَهْلِكُ الرَّعِيَّةُ وَإِنْ كَانَتْ هَادِيَةً مَهْدِيَّةً إِذَا كَانَتِ الْوُلَاةُ ظَالِمَةً مُسِيئَةً»[11]، وَذَلِكَ لِأَنَّ الرَّعِيَّةَ إِذَا انْقَادَتْ لِوِلَايَةِ إِمَامٍ جَائِرٍ لَيْسَ مِنَ اللَّهِ فَقَدِ اتَّخَذَتْ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا، فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهَا.

Terjemahan:

Mansur (Hafizhahullah Ta‘ala) berkata: Ini adalah hadis sahih yang memiliki banyak jalur riwayat. Dan juga terdapat penguat baginya di sisi Ibnu Abi Dunya [w. 281 H]; (sebagaimana) dia berkata: Muhammad bin Hassan Samti meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Abu Utsman Abdullah bin Zaid Kalbi memberitakan kepada kami, dia berkata: Auza‘i memberitakan kepadaku, dari Hassan bin Atiyyah, dari Ibnu Umar, bahwa dia berkata: Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) bersabda: “Rakyat, meskipun mereka zalim dan jahat, tidak akan binasa selama para penguasa adalah orang-orang yang mendapat petunjuk dan memberi petunjuk. Tetapi rakyat, meskipun mereka mendapat petunjuk dan memberi petunjuk, akan binasa apabila para penguasa adalah orang-orang yang zalim dan jahat.” Dan hal itu karena apabila rakyat menerima kepemimpinan seorang imam yang zalim dan tidak datang dari sisi Allah, maka sungguh mereka telah mengambil wali selain Allah, sehingga amal perbuatan mereka menjadi sia-sia.

Penguat No.3

كَمَا رَوَى مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ الْكُلَيْنِيُّ [ت329هـ] فِي «الْكَافِي»[12]، قَالَ: حَدَّثَنِي عِدَّةٌ مِنْ أَصْحَابِنَا، عَنْ أَحْمَدَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عِيسَى، عَنِ ابْنِ مَحْبُوبٍ، عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ الْعَبْدِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي يَعْفُورٍ، قَالَ: قَالَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ -يَعْنِي جَعْفَرَ بْنَ مُحَمَّدٍ الصَّادِقَ-: «لَا دِينَ لِمَنْ دَانَ بِوَلَايَةِ إِمَامٍ جَائِرٍ لَيْسَ مِنَ اللَّهِ، وَلَا عَتْبَ عَلَى مَنْ دَانَ بِوَلَايَةِ إِمَامٍ عَادِلٍ مِنَ اللَّهِ»، قُلْتُ: لَا دِينَ لِأُولَئِكَ، وَلَا عَتْبَ عَلَى هَؤُلَاءِ؟! قَالَ: «نَعَمْ، لَا دِينَ لِأُولَئِكَ، وَلَا عَتْبَ عَلَى هَؤُلَاءِ»، ثُمَّ قَالَ: «أَلَا تَسْمَعُ لِقَوْلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ[13]، يَعْنِي مِنْ ظُلُمَاتِ الذُّنُوبِ إِلَى نُورِ التَّوْبَةِ وَالْمَغْفِرَةِ لِوَلَايَتِهِمْ كُلَّ إِمَامٍ عَادِلٍ مِنَ اللَّهِ، وَقَالَ: ﴿وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ[14]، إِنَّمَا عَنَى بِهَذَا أَنَّهُمْ كَانُوا عَلَى نُورِ الْإِسْلَامِ، فَلَمَّا أَنْ تَوَلَّوْا كُلَّ إِمَامٍ جَائِرٍ لَيْسَ مِنَ اللَّهِ خَرَجُوا بِوَلَايَتِهِمْ إِيَّاهُ مِنْ نُورِ الْإِسْلَامِ إِلَى ظُلُمَاتِ الْكُفْرِ، فَأَوْجَبَ اللَّهُ لَهُمُ النَّارَ مَعَ الْكُفَّارِ، فَـ﴿أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ[15]».

Terjemahan:

Sebagaimana Muhammad bin Yaqub Kulaini [w. 329 H] meriwayatkan dalam kitab al-Kafi, dia berkata: Sejumlah sahabat kami meriwayatkan kepadaku, dari Ahmad bin Muhammad bin Isa, dari Ibnu Mahbub, dari Abdul Aziz Abdi, dari Abdullah bin Abi Ya’fur yang berkata: Abu Abdullah, yaitu Ja’far bin Muhammad Shadiq berkata: “Tidaklah beragama seseorang yang menjalankan agama di bawah kepemimpinan imam yang zalim yang tidak berasal dari sisi Allah. Dan tidak ada cela bagi seseorang yang menjalankan agama di bawah kepemimpinan imam yang adil yang berasal dari sisi Allah” Aku berkata: “Mereka tidak memiliki agama, dan yang ini tidak ada cela?!” Dia berkata: “Ya, mereka tidak memiliki agama, dan yang ini tidak ada cela.” Kemudian dia berkata: “Tidakkah kamu mendengar firman Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung: ‘Allah adalah wali bagi orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya’ maksudnya, dari kegelapan dosa-dosa kepada cahaya tobat dan ampunan, karena mereka mengikuti setiap Imam yang adil dari sisi Allah; dan Dia berfirman: ‘Dan orang-orang yang kafir, wali-wali mereka adalah taghut. Mereka mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan.’ Maksudnya adalah mereka dahulu berada dalam cahaya Islam; tetapi ketika mereka mengikuti setiap imam yang zalim yang tidak dari sisi Allah, maka karena mengikuti dia, mereka dikeluarkan dari cahaya Islam kepada kegelapan kekufuran. Maka Allah menjadikan mereka bersama orang-orang kafir sebagai penghuni neraka. Maka ‘mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.’

Penguat No.4

وَرَوَى الْكُلَيْنِيُّ [ت329هـ] فِي «الْكَافِي»[16]، قَالَ: حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى، عَنْ أَحْمَدَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عِيسَى، عَنِ الْحَسَنِ بْنِ مَحْبُوبٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ ثَابِتٍ، عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: سَأَلْتُ أَبَا جَعْفَرٍ -يَعْنِي مُحَمَّدَ بْنَ عَلِيٍّ الْبَاقِرَ- عَنْ قَوْلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ[17]، قَالَ: «هُمْ وَاللَّهِ أَوْلِيَاءُ فُلَانٍ وَفُلَانٍ، اتَّخَذُوهُمْ أَئِمَّةً دُونَ الْإِمَامِ الَّذِي جَعَلَهُ اللَّهُ لِلنَّاسِ إِمَامًا، فَلِذَلِكَ قَالَ: ﴿وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ ۝ إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْأَسْبَابُ ۝ وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا ۗ كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ ۖ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ[18]»، ثُمَّ قَالَ أَبُو جَعْفَرٍ عَلَيْهِ السَّلَامُ: «هُمْ وَاللَّهِ -يَا جَابِرُ- أَئِمَّةُ الظُّلْمِ وَأَشْيَاعُهُمْ».

Terjemahan:

Selain itu, Muhammad bin Yaqub Kulaini [w. 329 H] meriwayatkan dalam kitab al-Kafi, dia berkata: Muhammad bin Yahya meriwayatkan kepadaku, dari Ahmad bin Muhammad bin Isa, dari Hasan bin Mahbub, dari Amru bin Tsabit, dari Jabir yang berkata: Aku bertanya kepada Abu Ja‘far, yaitu Muhammad bin Ali Baqir tentang firman Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung: “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah dan mencintai mereka sebagaimana mencintai Allah.” Dia berkata: “Demi Allah, mereka itu adalah para pengikut si fulan dan si fulan. Mereka menjadikan imam-imam lain, selain Imam yang telah Allah tetapkan bagi manusia. Oleh karena itu, Dia berfirman: ‘Dan ketika orang-orang yang berbuat zalim melihat azab, maka mereka menyadari bahwa kekuasaan semuanya milik Allah, dan bahwa azab Allah itu sangat keras; ketika para pemimpin melepaskan diri dari para pengikut, dan mereka melihat azab, dan segala hubungan di antara mereka terputus. Dan orang-orang yang mengikuti (mereka) berkata: “Andai saja kami dapat kembali, niscaya kami akan melepaskan diri dari mereka sebagaimana mereka melepaskan diri dari kami!” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatan mereka sebagai penyesalan bagi mereka. Dan mereka tidak akan keluar dari api.’” Kemudian Abu Ja‘far (Alaihis Salam) berkata: “Demi Allah, ya Jabir, mereka itu adalah para imam kezaliman dan para pengikut mereka.”

Penguat No.5

وَرَوَى الْكُلَيْنِيُّ [ت329هـ] فِي «الْكَافِي»[19]، قَالَ: حَدَّثَنِي عِدَّةٌ مِنْ أَصْحَابِنَا، عَنْ أَحْمَدَ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنِ الْحُسَيْنِ بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ أَبِي وَهْبٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ مَنْصُورٍ، قَالَ: سَأَلْتُهُ -يَعْنِي مُوسَى بْنَ جَعْفَرٍ- عَنْ قَوْلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿وَإِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً قَالُوا وَجَدْنَا عَلَيْهَا آبَاءَنَا وَاللَّهُ أَمَرَنَا بِهَا ۗ قُلْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ ۖ أَتَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ[20]، فَقَالَ: «هَلْ رَأَيْتَ أَحَدًا زَعَمَ أَنَّ اللَّهَ أَمَرَ بِالزِّنَا وَشُرْبِ الْخَمْرِ أَوْ شَيْءٍ مِنْ هَذِهِ الْمَحَارِمِ؟» فَقُلْتُ: لَا، قَالَ: «فَمَا هَذِهِ الْفَاحِشَةُ الَّتِي يَدَّعُونَ أَنَّ اللَّهَ أَمَرَهُمْ بِهَا؟» قُلْتُ: اللَّهُ أَعْلَمُ وَوَلِيُّهُ، قَالَ: «إِنَّ هَذَا فِي أَئِمَّةِ الْجَوْرِ، ادَّعَوْا أَنَّ اللَّهَ أَمَرَهُمْ بِالْإِئْتِمَامِ بِقَوْمٍ لَمْ يَأْمُرْهُمُ اللَّهُ بِالْإِئْتِمَامِ بِهِمْ، فَرَدَّ اللَّهُ ذَلِكَ عَلَيْهِمْ، فَأَخْبَرَ أَنَّهُمْ قَدْ قَالُوا عَلَيْهِ الْكَذِبَ، وَسَمَّى ذَلِكَ مِنْهُمْ فَاحِشَةً».

Terjemahan:

Selain itu, Muhammad bin Yaqub Kulaini [w. 329 H] dalam kitab al-Kafi meriwayatkan, dia berkata: Sejumlah sahabat kami meriwayatkan kepadaku, dari Ahmad bin Muhammad, dari Husain bin Said, dari Abu Wahb, dari Muhammad bin Mansur yang berkata: Aku bertanya kepadanya, yaitu Musa bin Ja‘far, tentang firman Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung: “Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: ‘Kami mendapati bapak-bapak kami mengerjakannya dan Allah memerintahkan kami untuk (melakukan) itu!’ Katakanlah: ‘Sesungguhnya, Allah tidak menyuruh berbuat keji. Apakah kalian mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kalian ketahui?!’” Maka dia berkata: “Apakah engkau menemukan seseorang yang mengira bahwa Allah memerintahkan perzinaan dan minum khamar atau perbuatan-perbuatan haram sejenisnya?” Aku berkata: “Tidak.” Dia berkata: “Lalu perbuatan keji yang mana yang mereka klaim bahwa Allah memerintahkan mereka untuk melakukannya?” Aku berkata: “Allah dan teman-Nya lebih mengetahui.” Dia berkata: “Ini berkaitan dengan para imam kezaliman. Mereka mengklaim bahwa Allah memerintahkan ketaatan kepada sekelompok orang yang sebenarnya Allah tidak pernah memerintahkan untuk ditaati. Maka Allah membantah klaim mereka dan memberitahukan bahwa mereka telah berdusta atas nama-Nya, serta menyebut perbuatan mereka sebagai perbuatan yang keji.”

Penguat No.6

وَرَوَى عَلِيُّ بْنُ بَابَوَيْهِ [ت329هـ] فِي «الْإِمَامَةِ وَالتَّبْصِرَةِ»[21]، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْحُسَيْنِ بْنِ أَبِي الْخَطَّابِ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِنَانٍ، عَنْ طَلْحَةَ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ جَعْفَرٍ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: «مَنْ أَشْرَكَ مَعَ إِمَامٍ إِمَامَتُهُ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مَنْ لَيْسَتْ إِمَامَتُهُ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ كَانَ مُشْرِكًا بِاللَّهِ ».

Terjemahan:

Selain itu, Ali bin Babawayh [w. 329 H] meriwayatkan dalam kitab al-Imamah wa at-Tabsirah, dari Muhammad bin Yahya, dari Muhammad bin Husain bin Abi Khattab, dari Muhammad bin Sinan, dari Talhah bin Zaid, dari Ja‘far, dari ayahnya yang berkata: “Barang siapa menyekutukan imam yang imamahnya bukan dari sisi Allah dengan imam yang imamahnya dari sisi Allah, maka dia telah berbuat syirik terhadap Allah.”

↑[1] . Musnad Abu Ya‘la, vol. 10, hal. 308
↑[2] . Al-Anbiya’/ 73
↑[3] . Al-Qasas/ 41
↑[4] . Basa’ir al-Darajat oleh al-Saffar, hal. 52
↑[5] . Tafsir Ali bin Ibrahim al-Qomi, vol. 2, hal. 170
↑[6] . Al-An‘am/ 124
↑[7] . Basa’ir al-Darajat oleh al-Saffar, hal. 190
↑[8] . Al-Ma’idah/ 27
↑[9] . Kifayah al-Athar oleh al-Khazzaz, hal. 156
↑[10] . Al-Amali oleh al-Tusi, hal. 634
↑[11] . Al-Uqubat oleh Ibnu Abi al-Dunya, hal. 51
↑[12] . Al-Kafi oleh al-Kulayni, vol. 1, hal. 375
↑[13] . Al-Baqarah/ 257
↑[14] . Al-Baqarah/ 257
↑[15] . Al-Baqarah/ 257
↑[16] . Al-Kafi oleh al-Kulayni, vol. 1, hal. 374
↑[17] . Al-Baqarah/ 165
↑[18] . Al-Baqarah/ 165-167
↑[19] . Al-Kafi oleh al-Kulayni, vol. 1, hal. 373
↑[20] . Al-A‘raf/ 28
↑[21] . Al-Imamah Wa al-Tabsirah oleh Ali bin Babawayh, hal. 91
Bagikan
Bagikan konten ini dengan teman-teman Anda untuk membantu menyebarkan pengetahuan; memberi tahu orang lain tentang pengetahuan ini merupakan bentuk ucapan terima kasih.
Email
Telegram
Facebook
Twitter
Anda juga bisa membaca konten ini dalam bahasa berikut ini:
Jika Anda fasih dalam bahasa lain, terjemahkan konten ini ke bahasa tersebut dan kirimkan terjemahan Anda kepada kami untuk diterbitkan di situs web. [Formulir Terjemahan]