Hadis No. 12
Umat tidak pernah kosong dari seseorang yang berada di atas kebenaran, hingga Isa bin Maryam
diturunkan.
رَوَى يَعْقُوبُ بْنُ سُفْيَانَ الْفَسَوِيُّ [ت277هـ] فِي «الْمَعْرِفَةِ وَالتَّارِيخِ»[1]، قَالَ: حَدَّثَنِي صَفْوَانُ بْنُ صَالِحٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ يَعْنِي ابْنَ مُسْلِمٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَمْرٍو يَعْنِي الْأَوْزَاعِيَّ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، يَرْوِيهِ -يَعْنِي عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ- قَالَ:
لَا تَزَالُ عِصَابَةٌ مِنْ أُمَّتِي عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ عَلَى النَّاسِ، لَا يُبَالُونَ مَنْ خَالَفَهُمْ، حَتَّى يَنْزِلَ عِيسَى بْنُ مَرْيَمَ.
قَالَ أَبُو عَمْرٍو: فَحَدَّثْتُ هَذَا الْحَدِيثَ قَتَادَةَ، فَقَالَ: «لَا أَعْلَمُ أُولَئِكَ إِلَّا أَهْلَ الشَّامِ».
Terjemahan:
Ya‘qub bin Sufyan al-Fasawi [w. 277 H] dalam kitab al-Ma‘rifah wa al-Tarikh meriwayatkan (dengan redaksi sebagai berikut): Shafwan bin Shalih meriwayatkan kepadaku, dia berkata: Walid, yaitu Ibnu Muslim, telah meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Abu Amr, yaitu Awza‘i, telah meriwayatkan kepada kami, dari Yahya bin Abi Katsir, dari Abu Hurairah yang meriwayatkan, yaitu dari Rasulullah bahwa beliau bersabda:
Sejumlah dari umatku akan senantiasa teguh di atas kebenaran dan menang atas manusia. Dan mereka tidak akan peduli siapa yang menentang mereka, hingga Isa bin Maryam diturunkan.
Abu Amr berkata: Aku meriwayatkan hadis ini kepada Qatadah. Lalu dia berkata: “Aku tidak mengira mereka selain penduduk Syam.”
Pertimbangan
قَالَ الْمَنْصُورُ حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى: ضَلَّ قَتَادَةُ فِي تَأْوِيلِهِ ضَلَالًا مُبِينًا، فَإِنَّ أَهْلَ الشَّامِ لَمْ يَكُونُوا عَلَى الْحَقِّ دَائِمًا، وَلَمْ يَكُونُوا ظَاهِرِينَ عَلَى النَّاسِ دَائِمًا، وَكَانَ أَهْلُ الْبَيْتِ وَأَكْثَرُ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ مِمَّنْ خَالَفَهُمْ مُنْذُ بُويِعَ عَلِيٌّ، فَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ فَضْلٌ إِنْ كَانُوا لَا يُبَالُونَ مَنْ خَالَفَهُمْ، بَلْ كَانَ ذَلِكَ شَرًّا لَهُمْ، وَإِنِّي لَأَتَعَجَّبُ مِنْ قَوْمٍ مَسَخَ اللَّهُ عُقُولَهُمْ حَتَّى حَسِبُوا أَنَّ الطَّائِفَةَ الَّتِي لَا تَزَالُ عَلَى الْحَقِّ أَهْلُ الشَّامِ!
ثُمَّ قَالَ الْمَنْصُورُ حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى: يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ مُدَلِّسٌ، وَقِيلَ أَنَّهُ لَمْ يَسْمَعْ مِنْ أَحَدٍ مِنَ الصَّحَابَةِ، فَلَعَلَّهُ سَمِعَ هَذَا الْحَدِيثِ مِنْ أَبِي سَلَمَةَ؛ لِأَنَّ عُقْبَةَ بْنَ عَلْقَمَةَ رَوَاهُ عَنِ الْأَوْزَاعِيِّ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ[2]، وَأَبُو سَلَمَةَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عُوفٍ ثِقَةٌ عِنْدَهُمْ، وَالْحَدِيثُ ثَابِتٌ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، وَهُوَ مِمَّنْ لَا نَعْتَدُّ بِحَدِيثِهِ إِلَّا إِذَا تُوبِعَ.
Terjemahan:
Mansur berkata: “Qatadah jelas salah dalam takwilnya; karena penduduk Syam tidak senantiasa berada di atas kebenaran, dan tidak pula senantiasa menang atas manusia. Dan Ahlul Bait serta mayoritas muhajirin dan anshar termasuk dari kalangan yang menentang mereka sejak berbaiat kepada Ali. Maka, tidak ada keutamaan bagi mereka jika mereka tidak peduli siapa yang menentang mereka; bahkan itu merupakan keburukan bagi mereka. Dan aku heran kepada suatu kelompok yang Allah telah mencabut akal mereka hingga mereka percaya bahwa kelompok yang senantiasa berada di atas kebenaran itu adalah penduduk Syam!”
Kemudian Mansur berkata: “Yahya bin Abi Katsir terkenal melakukan tadlis, dan dikatakan bahwa dia tidak meriwayatkan satu hadis pun dari sahabat. Oleh karena itu, mungkin dia mendengar hadis ini dari Abu Salamah; karena Uqbah bin Alqamah meriwayatkannya dari Awza‘i, dari Yahya bin Abi Katsir, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah. Dan Abu Salamah Abdullah bin Abdurrahman bin Auf adalah terpercaya di sisi mereka. Dan hadis ini dari Abu Hurairah, dan dia adalah salah satu yang hadisnya tidak kami pertimbangkan, kecuali apabila ada orang lain yang meriwayatkannya bersama dia.”
Penguat No. 1
رَوَى ابْنُ مَاجَهْ [ت273هـ] فِي «سُنَنِهِ»[3]، قَالَ: حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَمْزَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَلْقَمَةَ نَصْرُ بْنُ عَلْقَمَةَ، عَنْ عُمَيْرِ بْنِ الْأَسْوَدِ، وَكَثِيرِ بْنِ مُرَّةَ الْحَضْرَمِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي قَوَّامَةً عَلَى أَمْرِ اللَّهِ، لَا يَضُرُّهَا مَنْ خَالَفَهَا».
Terjemahan:
Ibnu Majah [w. 273 H] dalam Sunannya meriwayatkan, dia berkata: Hisyam bin Ammar meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Yahya bin Hamzah meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Abu Alqamah Nashr bin Alqamah meriwayatkan kepada kami, dari Umayr bin Aswad dan Katsir bin Murrah Hadrami, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: “Sejumlah dari umatku akan senantiasa bangkit menegakkan perintah Allah, dan siapa pun yang menentang mereka tidak akan membahayakan mereka.”
Penguat No. 2
وَرَوَى أَحْمَدُ بْنُ عَمْرٍو الْبَزَّارُ [ت292هـ] فِي «مُسْنَدِهِ»[4]، قَالَ: حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ، قَالَ: أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ، قَالَ: حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي أَيُّوبَ، قَالَ: حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَجْلَانَ، عَنِ الْقَعْقَاعِ بْنِ حَكِيمٍ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «لَا يَزَالُ عَلَى هَذَا الْأَمْرِ عِصَابَةٌ مِنْ أُمَّتِي، لَا يَضُرُّهُمْ خِلَافُ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللَّهِ».
Terjemahan:
Selain itu, Ahmad bin Amr al-Bazzar [w. 292 H] meriwayatkan dalam Musnadnya, dia berkata: Zuhayr bin Muhammad meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Abdullah bin Yazid mengabarkan kepada kami, dia berkata: Sa‘id bin Abi Ayyub meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Muhammad bin Ajlan meriwayatkan kepadaku, dari Qa‘qa‘ bin Hakim, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah, dari Nabi yang bersabda: “Sekelompok dari umatku akan senantiasa berada di atas urusan ini. Penentangan dari orang yang menentang mereka tidak akan membahayakan mereka, hingga perintah Allah datang kepada mereka.”
Penguat No. 3
وَرَوَى عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ الرِّبْعِيُّ [ت444هـ] فِي «فَضَائِلِ الشَّامِ وَدِمَشْقَ»[5]، قَالَ: أَخْبَرَنَا أَبُو الْحَسَنِ فَاتِكُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُزَاحِمِيُّ بِصُورٍ، حَدَّثَنَا أَبُو الْقَاسِمِ عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ طَاهِرٍ بِصُورٍ، حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الْمَلِكِ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ عَبْدِ الْوَاحِدِ بْنِ جَرِيرِ بْنِ عَبْدُوسٍ، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ أَيُّوبٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ قَسِيمٍ، عَنِ السَّرِيِّ بْنِ بُزَيْعٍ، عَنِ السَّرِيِّ بْنِ يَحْيَى، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُونَ عَلَى أَبْوَابِ بَيْتِ الْمَقْدِسِ وَمَا حَوْلَهَا، وَعَلَى أَبْوَابِ أَنْطَاكِيَةَ وَمَا حَوْلَهَا، وَعَلَى أَبْوَابِ دِمَشْقَ وَمَا حَوْلَهَا، وَعَلَى أَبْوَابِ الطَّالَقَانِ وَمَا حَوْلَهَا، ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ، لَا يُبَالُونَ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلَا مَنْ نَصَرَهُمْ، حَتَّى يُخْرِجَ اللَّهُ كَنْزَهُ مِنَ الطَّالَقَانِ، فَيُحْيِي بِهِ دِينَهُ كَمَا أُمِيتَ مِنْ قَبْلُ».
Terjemahan:
Selain itu, Ali bin Muhammad Rab‘i [w. 444 H] meriwayatkan dalam kitab Fada’il al-Sham Wa Dimashq, dia berkata: Abu al-Hasan Fatik bin Abdullah bin al-Muzahimi mengabarkan kepada kami di Shur (sebuah kota di Lebanon), dia berkata: Abu al-Qasim Ali bin Muhammad bin Tahir meriwayatkan kepada kami di Shur, dia berkata: Abu Abdul Malik Muhammad bin Ahmad bin Abdul Wahid bin Jarir bin Abdus meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Musa bin Ayyub meriwayatkan kepada kami, dia berkata: Abdullah bin Qasim meriwayatkan kepada kami, dari Sarri bin Buzay‘, dari Sarri bin Yahya, dari Hasan, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah yang bersabda: “Sekelompok dari umatku akan senantiasa berperang di gerbang-gerbang Baitul Maqdis dan sekitarnya, dan di gerbang-gerbang Antakiyah dan sekitarnya, dan di gerbang-gerbang Damaskus dan sekitarnya, dan di gerbang-gerbang Talaqan dan sekitarnya, dalam keadaan teguh di atas kebenaran. Mereka tidak akan peduli siapa yang tidak menolong mereka atau siapa yang menolong mereka, hingga Allah mengeluarkan perbendaharaan-Nya dari Talaqan. Lalu Dia menghidupkan agama-Nya dengannya sebagaimana sebelumnya telah dimatikan.”
Pertimbangan
قَالَ الْمَنْصُورُ حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى: هَذَا تَأْوِيلٌ مِنْ بَعْضِ الرُّوَاةِ، وَقَدْ أَدْخَلُوهُ فِي الْحَدِيثِ تَقْوِيَةً لِأَهْلِ الثُّغُورِ، وَمُرَادُهُمْ بِكَنْزِ اللَّهِ الَّذِي يُخْرِجُهُ اللَّهُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ فَيُحْيِي بِهِ دِينَهُ كَمَا أُمِيتَ مِنْ قَبْلُ هُوَ الَّذِي يَخْرُجُ مِنْ خُرَاسَانَ مَعَ رَايَاتٍ سُودٍ فَيُوَطِّئُ لِلْمَهْدِيِّ سُلْطَانَهُ، وَالطَّالَقَانُ مَدِينَةٌ قَدِيمَةٌ فِي خُرَاسَانَ، فَتَحَهَا الْأَحْنَفُ بْنُ قَيْسٍ فِي سَنَةِ اثْنَتَيْنِ وَثَلَاثِينَ، وَخَرَجَ مِنْهَا رِجَالٌ مِنْ بَنِي هَاشِمٍ آمِلِينَ أَنْ يَكُونُوا ذَلِكَ الْكَنْزَ، وَهَذَا يَدُلُّ عَلَى شُهْرَةِ الْحَدِيثِ فِي الْقُرُونِ الْأُولَى، وَأَصْلُهُ مَا رَوَاهُ ابْنُ أَعْثَمَ [ت314هـ] فِي كِتَابِ «الْفُتُوحِ» عَنْ عَلِيٍّ عَلَيْهِ السَّلَامُ أَنَّهُ وَصَفَ لِعُمَرَ بِلَادَ خُرَاسَانَ تَرْغِيبًا لَهُ فِي فَتْحِهَا، فَوَصَفَ لَهُ مَرْوَ وَخَوارَزْمَ وَبُخَارَا وَسَمَرْقَنْدَ وَالشَّاشَ وَفَرْغَانَةَ وَأَسْفِيجَابَ، ثُمَّ قَالَ: «وَيْحًا لِلطَّالَقَانِ، فَإِنَّ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِهَا كُنُوزًا لَيْسَتْ مِنْ ذَهَبٍ وَلَا فِضَّةٍ، وَلَكِنْ بِهَا رِجَالٌ مُؤْمِنُونَ عَرَفُوا اللَّهَ حَقَّ مَعْرِفَتِهِ، وَهُمْ أَنْصَارُ الْمَهْدِيِّ فِي آخِرِ الزَّمَانِ»، فَرَغِبَ عُمَرُ فِي فَتْحِهَا[6]، وَاللَّهُ أَعْلَمُ.
Terjemahan:
Mansur berkata: Ini adalah takwil dari sebagian perawi yang mereka sisipkan ke dalam hadis untuk memperkuat semangat para penjaga perbatasan. Dan maksud mereka dengan perbendaharaan Allah yang Dia keluarkan di akhir zaman, lalu Dia menghidupkan agama-Nya dengannya sebagaimana sebelumnya telah dimatikan adalah seseorang yang akan muncul dari Khorasan dengan membawa panji-panji hitam dan mempersiapkan jalan bagi pemerintahan Mahdi. Adapun Talaqan adalah kota kuno di Khorasan yang ditaklukkan oleh Ahnaf bin Qais pada tahun 32 Hijriah, dan beberapa laki-laki dari Bani Hasyim keluar dari sana dengan harapan bahwa mereka adalah perbendaharaan yang dimaksud. Dan hal ini menunjukkan ketenaran hadis ini pada abad-abad awal. Dan hadis yang asli adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu A‘tsam [w. 314 H] dalam kitab al-Futuh dari Ali
(dengan redaksi sebagai berikut): Beliau menyebutkan kota-kota Khorasan kepada Umar untuk mendorongnya agar menaklukkannya. Maka beliau menyebutkan Marw, Khwarizmi, Bukhara, Samarqand, Tashkent, Farghana, dan Sayram. Lalu beliau bekata: “Sungguh menakjubkan Talaqan! Sesungguhnya, bagi Allah Azza wa Jalla di dalamnya terdapat perbendaharaan-perbendaharaan yang bukan dari emas dan perak; melainkan laki-laki mukmin yang mengenal Allah sebagaimana mestinya Dia dikenal. Dan mereka akan menjadi para penolong Mahdi di akhir zaman.” Maka (dengan itu) Umar pun bersemangat untuk menaklukkannya. Dan Allah lebih mengetahui.
Penguat No. 4
وَرَوَى ابْنُ أَبِي عَاصِمٍ [ت287هـ] فِي «الْآحَادِ وَالْمَثَانِي»[7]، قَالَ: حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَمْزَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو عَلْقَمَةَ، عَنْ عُمَيْرِ بْنِ الْأَسْوَدِ، وَكَثِيرِ بْنِ مُرَّةَ قَالَا: إِنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ وَابْنَ السِّمْطِ كَانَا يَقُولَانِ: لَا يَزَالُ الْمُؤْمِنُونَ فِي الْأَرْضِ إِلَى أَنْ تَقُومَ السَّاعَةُ، وَذَلِكَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي قَوَّامَةً عَلَى أَمْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ، تُقَاتِلُ أَعْدَاءَهَا، كُلَّمَا ذَهَبَ حَرْبُ قَوْمٍ تَسْتَحْرِبُ قَوْمَ أُخْرَى، يَرْفَعُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ قُلُوبَ قَوْمٍ لِيَرْزُقَهُمْ مِنْهُ، حَتَّى تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ كَأَنَّهَا قِطَعُ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ».
Terjemahan:
Selain itu, Ibnu Abi Asim [w. 287 H] meriwayatkan dalam kitab al-Ahad Wa al-Mathani, dia berkata: Hisyam bin Ammar meriwayatkan kepada kami, (dia berkata:) Yahya bin Hamzah meriwayatkan kepada kami, (dia berkata:) Abu Alqamah meriwayatkan kepada kami, dari Umayr bin Aswad dan Katsir bin Murrah, yang keduanya berkata: Abu Hurairah dan Ibnu al-Simt berkata: Akan senantiasa ada orang-orang yang beriman di muka bumi hingga Kiamat tiba. Dan ini adalah ucapan Rasulullah yang bersabda: “Sekelompok dari umatku akan senantiasa teguh di atas perintah Allah. Orang yang menentang mereka tidak akan membahayakan mereka. Mereka berperang melawan musuh-musuh mereka; setiap kali perang dengan suatu kaum berakhir, mereka bersiap untuk melawan kaum lain. Allah Azza wa Jalla membangkitkan hati suatu kaum terhadap mereka agar melalui mereka Allah memberi rezeki kepada para pejuang itu, hingga kiamat datang kepada mereka bagaikan malam yang sangat gelap.”
Pertimbangan
قَالَ الْمَنْصُورُ حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى: لَمْ يَنْفَرِدْ بِهِ هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، بَلْ تَابَعَهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ وَمُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ حَمْزَةَ، وَابْنُ السِّمْطِ هُوَ شُرَحْبِيلُ بْنُ السِّمْطِ الْكِنْدِيُّ مِنْ طُغَاةِ أَهْلِ الشَّامِ، شَهِدَ صِفِّينَ مَعَ مُعَاوِيَةَ، وَلَهُ بِهَا أَثَرٌ عَظِيمٌ[8]، وَقَالَ الْبُخَارِيُّ وَأَبُو أَحْمَدَ الْحَاكِمُ: «لَهُ صُحْبَةٌ»[9]، وَلَكِنْ لَمْ يَتَبَيَّنْ لِي ذَلِكَ، وَالْأَشْبَهُ عِنْدِي أَنَّهُ لَمْ يَسْمَعْ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا، وَرِوَايَتُهُ هَذِهِ مُرْسَلَةٌ، وَلَعَلَّهُ رَوَاهَا عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، وَقَدْ رُوِيَ عَنِ الْأَصْبَغِ بْنِ نُبَاتَةَ قَالَ: «دَخَلْتُ عَلَى مُعَاوِيَةَ، وَعَنْ يَمِينِهِ عَمْرُو بْنُ الْعَاصِ، وَعَنْ يَسَارِهِ ذُو الْكَلَاعِ، وَحَوْلَهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَامِرِ بْنِ كُرَيْزٍ، وَأَخُوهُ عُتْبَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ خَالِدِ بْنِ الْوَلِيدِ، وَشُرَحْبِيلُ بْنُ السِّمْطِ، وَبَيْنَ يَدَيْهِ أَبُو هُرَيْرَةَ، وَالنُّعْمَانُ بْنُ بَشِيرٍ، وَأَبُو أُمَامَةَ الْبَاهِلِيُّ»[10].
Terjemahan:
Mansur berkata: Hisyam bin Ammar tidak sendirian dalam meriwayatkan hadis ini; melainkan Abdullah bin Yusuf dan Muhammad bin Yahya bin Hamzah turut meriwayatkan bersamanya. Dan Ibnu al-Simt, yaitu Syarhabil bin al-Simt al-Kindi, salah satu tokoh terkemuka penduduk Syam yang hadir bersama Mu‘awiyah di Siffin dan memainkan peran penting di sana. Al-Bukhari dan Abu Ahmad al-Hakim berkata: “Dia melihat Nabi.” Tetapi ini belum jelas bagiku, dan menurutku yang lebih mungkin adalah bahwa dia tidak mendengar sesuatu pun dari Nabi
dan riwayatnya ini mursal. Dan mungkin dia meriwayatkannya dari Abu Hurairah; sebagaimana diriwayatkan dari Asbagh bin Nubatah yang berkata: “Aku datang menemui Mu‘awiyah, sementara Amr bin As berada di sebelah kanannya, Du al-Kala‘ di sebelah kirinya, Abdullah bin Amir bin Kurayz dan saudaranya Utbah bin Abi Sufyan, dan Abdurrahman bin Khalid bin Walid dan Syarhabil bin al-Simt berada di sekelilingnya, dan Abu Hurairah, al-Nu‘man bin Basyir, serta Abu Umamah al-Bahili berada di hadapannya.”[11]