Kamis, 11 September 2025 / 18 Rabiul Awal 1447 H
Mansur Hasyimi Khorasani
 Pelajaran baru: Pelajaran dari Yang Mulia tentang fakta bahwa bumi tidak pernah kosong dari seorang laki-laki yang memiliki pengetahuan menyeluruh tentang agama, yang telah Allah tunjuk sebagai khalifah, imam, dan pembimbing di atasnya sesuai dengan perintah-Nya; Ayat-ayat Al Qur’an tentangnya; Ayat no. 16. Klik di sini untuk membaca. Surat baru: Sebuah Surat yang Sangat Bermanfaat dari Yang Terhormat yang Berisi Tiga Puluh Wasiat Akhlak. Klik di sini untuk membaca. Ucapan baru: Sebuah ucapan dari Yang Mulia tentang mereka yang saat ini tidak menghargainya dan mengejek seruannya kepada Mahdi. Klik di sini untuk membaca. Kunjungi beranda untuk membaca konten paling penting di situs web. Pertanyaan baru: Bagaimana pandangan Islam terhadap taqlid (mengikuti secara buta)? Klik di sini untuk membaca jawaban. Artikel baru: Artikel “Sebuah ulasan buku Kembali ke Islam karya Mansur Hasyimi Khorasani” ditulis oleh “Sayyed Mohammad Sadeq Javadian” telah terbit. Klik di sini untuk membaca. Kunjungi beranda untuk membaca konten paling penting di situs web.
loading
Pelajaran
 
Pelajaran dari Yang Mulia tentang fakta bahwa bumi tidak pernah kosong dari seorang laki-laki yang memiliki pengetahuan menyeluruh tentang agama, yang telah Allah tunjuk sesuai dengan perintah-Nya.
Hadis-Hadis Sahih dari Nabi Tentangnya

Hadis No. 9

Umat tidak pernah kosong dari seseorang yang berperang atas perintah Allah.

رَوَى الْحَاكِمُ النَّيْسَابُورِيُّ [ت405هـ] فِي «الْمُسْتَدْرَكِ عَلَى الصَّحِيحَيْنِ»[1]، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، حَدَّثَنَا بَحْرُ بْنُ نَصْرٍ الْخَوْلَانِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ، أَنَّ يَزِيدَ بْنَ أَبِي حَبِيبٍ حَدَّثَهُ أَنَّ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ شِمَاسَةَ حَدَّثَهُ أَنَّهُ كَانَ عِنْدَ مَسْلَمَةَ بْنِ مَخْلَدٍ، وَعِنْدَهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ: «لَا تَقُومُ السَّاعَةُ إِلَّا عَلَى شِرَارِ الْخَلْقِ، هُمْ شَرٌّ مِنْ أَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ، لَا يَدْعُونَ اللَّهَ بِشَيْءٍ إِلَّا رَدَّهُ عَلَيْهِمْ»، فَبَيْنَمَا هُمْ عَلَى ذَلِكَ إِذَا أَقْبَلَ عُقْبَةُ بْنُ عَامِرٍ، فَقَالَ مَسْلَمَةُ: «يَا عُقْبَةُ، اسْمَعْ مَا يَقُولُ عَبْدُ اللَّهِ!» فَقَالَ عُقْبَةُ: هُوَ أَعْلَمُ، أَمَّا أَنَا فَسَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ:

لَا تَزَالُ عِصَابَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُونَ عَلَى أَمْرِ اللَّهِ قَاهِرِينَ عَلَى الْعَدُوِّ، لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ، حَتَّى تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ.

فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ: «أَجَلْ، ثُمَّ يَبْعَثُ اللَّهُ رِيحًا رِيحُهَا رِيحُ الْمِسْكِ وَمَسُّهَا مَسُّ الْحَرِيرِ، فَلَا تَتْرُكُ نَفْسًا فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنَ الْإِيمَانِ إِلَّا قَبَضَتْهُ، ثُمَّ يَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ، عَلَيْهِمْ تَقُومُ السَّاعَةُ».

Terjemahan:

Hakim al-Nisaburi [w. 405 H] dalam kitab al-Mustadrak ‘ala al-Shahihain meriwayatkan (dengan redaksi sebagai berikut): Abu al-Abbas Muhammad bin Ya‘qub telah meriwayatkan kepada kami, (dia berkata:) Bahr bin Nashr al-Khaulani telah meriwayatkan kepada kami, (dia berkata:) Abdullah bin Wahb telah meriwayatkan kepada kami, (dia berkata:) Amr bin Harits mengabarkan kepadaku bahwa Yazid bin Abi Habib telah meriwayatkan kepadanya bahwa Abdurrahman bin Syimasah telah meriwayatkan kepadanya bahwa dia berada di sisi Maslamah bin Makhlad, sementara Abdullah bin Amr bin Ash juga hadir bersamanya. Lalu Abdullah berkata: “Kiamat tidak akan datang kecuali atas orang-orang yang paling buruk. Mereka lebih buruk dari orang-orang jahiliah. Mereka tidak meminta apa pun dari Allah kecuali ditolak oleh-Nya.” Pada saat itu datanglah Uqbah bin Amir. Lalu Maslamah berkata: “Wahai Uqbah! Dengarlah apa yang dikatakan oleh Abdullah!” Maka Uqbah berkata: “Dia lebih mengetahui. Tetapi aku mendengar Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) bersabda:

Senantiasa ada sekelompok dari umatku yang akan berperang demi perintah Allah, sementara mereka akan menang atas musuh mereka. Dan orang yang menentang mereka tidak akan membahayakan mereka, hingga Kiamat datang menimpa mereka dalam keadaan seperti itu.

Lalu Abdullah berkata: “Ya. Lalu Allah mengirimkan angin yang baunya seperti bau misk dan kelembutannya seperti kelembutan sutra. Maka tidak akan tersisa seorang pun yang di dalam hatinya terdapat seberat zarrah keimanan kecuali dia akan diwafatkan. Lalu tinggallah manusia yang paling buruk dan Kiamat akan datang atas mereka.”

Pertimbangan

قَالَ الْمَنْصُورُ حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى: رَوَاهُ مُسْلِمٌ فِي صَحِيحِهِ[2] مِنْ طَرِيقِ أَحْمَدَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ وَهْبٍ، وَقَدْ ضُعِّفَ، وَطَرِيقُ الْحَاكِمِ طَرِيقٌ صَحِيحٌ، وَهَذَا حَدِيثٌ آخَرُ يَدُلُّ عَلَى أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ كَانَ يُحَدِّثُ النَّاسَ بِمَا لَا يَعْرِفُونَ، فَيَنْبَغِي الْإِعْرَاضُ عَمَّا تَفَرَّدَ بِهِ، خَاصَّةً إِذَا لَمْ يُسْنِدْهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، وَلَمْ يَكُنْ قَوْلُهُ أَنَّ السَّاعَةَ تَقُومُ عَلَى شِرَارِ النَّاسِ مِمَّا تَفَرَّدَ بِهِ، وَ«الْقِتَالُ عَلَى أَمْرِ اللَّهِ» فِي حَدِيثِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ هُوَ الْقِتَالُ عَلَى أَنْ يَكُونَ الْأَمْرُ لِلَّهِ وَحْدَهُ، وَلَا يَكُونُ كَذَلِكَ حَتَّى يَكُونَ الْأَمِيرُ خَلِيفَتَهُ فِي الْأَرْضِ دُونَ سَائِرِ النَّاسِ، وَلَا تَجِدُ عِصَابَةَ الْحَقِّ إِلَّا مُقَاتِلِينَ أَوْ مُسْتَعِدِّينَ لِلْقِتَالِ، وَمَنْ لَمْ يَكُنْ مُقَاتِلًا وَلَا مُسْتَعِدًّا لِلْقِتَالِ فَلَيْسَ مِنْهُمْ، وَالْمُسْتَعِدُّ لِلْقِتَالِ كَالْمُقَاتِلِ.

Terjemahan:

Mansur (Hafizhahullah Ta‘ala) berkata: Muslim dalam Sahihnya meriwayatkan hadis tersebut melalui jalur Ahmad bin Abdurrahman bin Wahb, yang dianggap lemah. Dan jalur al-Hakam adalah jalur yang shahih. Dan ini adalah hadis lain yang menunjukkan bahwa Abdullah bin Amr bin Ash meriwayatkan kepada orang-orang hal-hal yang tidak mereka ketahui. Maka sudah sepantasnya untuk berpaling dari apa pun yang dia riwayatkan secara sendirian, terutama jika dia tidak menyandarkannya kepada Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam). Dan perkataannya bahwa Kiamat akan datang atas manusia yang paling buruk bukanlah sesuatu yang hanya dia sendiri yang mengatakannya. Dan “berperang demi perintah Allah” dalam hadis Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) adalah berperang demi agar perintah itu hanya menjadi milik Allah semata. Dan hal ini tidak akan terjadi kecuali jika sang pemimpin adalah khalifah-Nya di bumi, bukan orang lain. Dan kamu tidak akan menemukan kelompok kebenaran kecuali dalam keadaan berperang atau bersiap untuk berperang. Dan siapa pun yang tidak sedang berperang atau bersiap untuk berperang, maka dia bukan bagian dari mereka. Dan orang yang bersiap untuk berperang seperti orang yang sedang berperang.

↑[1] . Al-Mustadrak Ala al-Sahihain oleh al-Hakim, vol. 4, hal. 503
↑[2] . Sahih Muslim, vol. 6, hal. 54
Bagikan
Bagikan konten ini dengan teman-teman Anda untuk membantu menyebarkan pengetahuan; memberi tahu orang lain tentang pengetahuan ini merupakan bentuk ucapan terima kasih.
Email
Telegram
Facebook
Twitter
Anda juga bisa membaca konten ini dalam bahasa berikut ini:
Jika Anda fasih dalam bahasa lain, terjemahkan konten ini ke bahasa tersebut dan kirimkan terjemahan Anda kepada kami untuk diterbitkan di situs web. [Formulir Terjemahan]