Kamis, 11 September 2025 / 18 Rabiul Awal 1447 H
Mansur Hasyimi Khorasani
 Pelajaran baru: Pelajaran dari Yang Mulia tentang fakta bahwa bumi tidak pernah kosong dari seorang laki-laki yang memiliki pengetahuan menyeluruh tentang agama, yang telah Allah tunjuk sebagai khalifah, imam, dan pembimbing di atasnya sesuai dengan perintah-Nya; Ayat-ayat Al Qur’an tentangnya; Ayat no. 16. Klik di sini untuk membaca. Surat baru: Sebuah Surat yang Sangat Bermanfaat dari Yang Terhormat yang Berisi Tiga Puluh Wasiat Akhlak. Klik di sini untuk membaca. Ucapan baru: Sebuah ucapan dari Yang Mulia tentang mereka yang saat ini tidak menghargainya dan mengejek seruannya kepada Mahdi. Klik di sini untuk membaca. Kunjungi beranda untuk membaca konten paling penting di situs web. Pertanyaan baru: Bagaimana pandangan Islam terhadap taqlid (mengikuti secara buta)? Klik di sini untuk membaca jawaban. Artikel baru: Artikel “Sebuah ulasan buku Kembali ke Islam karya Mansur Hasyimi Khorasani” ditulis oleh “Sayyed Mohammad Sadeq Javadian” telah terbit. Klik di sini untuk membaca. Kunjungi beranda untuk membaca konten paling penting di situs web.
loading
Pelajaran
 
Pelajaran dari Yang Mulia tentang fakta bahwa bumi tidak pernah kosong dari seorang laki-laki yang memiliki pengetahuan menyeluruh tentang agama, yang telah Allah tunjuk sesuai dengan perintah-Nya.
Hadis-Hadis Sahih dari Nabi Tentangnya

Hadis No. 5

Umat tidak pernah kosong dari seseorang yang ditolong (mansur).

رَوَى عَلِيُّ بْنُ الْجَعْدِ [ت230هـ] فِي «مُسْنَدِهِ»[1]، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ قُرَّةَ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبِي -يَعْنِي قُرَّةَ بْنَ إِيَاسٍ الْمُزَنِيَّ- يُحَدِّثُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ:

لَا يَزَالُ نَاسٌ مِنْ أُمَّتِي مَنْصُورِينَ، لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ، حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ.

Terjemahan:

Ali bin Ja‘d [w. 230 H] meriwayatkan dalam Musnadnya, (dengan redaksi sebagai berikut) dia berkata: Syu‘bah meriwayatkan kepada kami, dari Mu‘awiyah bin Qurrah, yang berkata: Aku mendengar ayahku–yaitu Qurrah bin Iyas al-Muzani– meriwayatkan dari Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam), bahwa beliau bersabda:

Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang ditolong (mansur). Orang yang tidak menolong mereka tidak akan membahayakan mereka, hingga Hari Kiamat datang.

Penguat

وَرَوَى أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ [ت241هـ] فِي «مُسْنَدِهِ»[2]، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ شُعْبَةَ، حَدَّثَنِي مُعَاوِيَةُ بْنُ قُرَّةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ؛ وَمُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ قُرَّةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِذَا فَسَدَ أَهْلُ الشَّامِ فَلَا خَيْرَ فِيكُمْ، وَلَنْ تَزَالَ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي مَنْصُورِينَ، لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ، حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ».

Terjemahan:

Selain itu, Ahmad bin Hanbal [w. 241 H] meriwayatkan dalam Musnadnya, dia berkata: Yahya bin Sa‘id meriwayatkan kepada kami, dari Syu‘bah (yang berkata:) Mu‘awiyah bin Qurrah meriwayatkan kepadaku, dari ayahnya, dari Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam); dan Muhammad bin Ja‘far (meriwayatkan kepada kami dan berkata:) Syu‘bah meriwayatkan kepada kami, dari Mu‘awiyah bin Qurrah, dari ayahnya, dari Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) bahwa beliau bersabda: “Apabila penduduk Syam telah rusak, maka tidak ada lagi kebaikan pada kalian. Dan akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang akan selalu ditolong (mansur). Orang yang tidak menolong mereka tidak akan membahayakan mereka, hingga Hari Kiamat datang.”

Pertimbangan

قَالَ الْمَنْصُورُ حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى: قَوْلُهُ: «إِذَا فَسَدَ أَهْلُ الشَّامِ فَلَا خَيْرَ فِيكُمْ» زِيَادَةٌ لَمْ يَذْكُرْهَا ابْنُ الْجَعْدِ، وَكَذَلِكَ سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ[3] وَابْنُ مَاجَهْ[4]، وَهِيَ زِيَادَةٌ غَيْرُ صَحِيحَةٍ؛ فَقَدْ فَسَدَ أَهْلُ الشَّامِ فِي زَمَنِ مُعَاوِيَةَ، وَكَانَ الْخَيْرُ كُلُّهُ فِي الْمَدِينَةِ وَالْكُوفَةِ لِوُجُودِ عَلِيٍّ وَشِيعَتِهِ فِيهِمَا، بَلْ هِيَ مُنَاقِضَةٌ لِلْحَدِيثِ؛ لِأَنَّ بَقَاءَ الطَّائِفَةِ الْمَنْصُورَةِ فِي الْأُمَّةِ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ هُوَ بَقَاءُ الْخَيْرِ فِيهِمْ وَلَوْ فَسَدَ أَهْلُ الْأَرْضِ جَمِيعًا، وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَنْ زَادَهَا فِي الْحَدِيثِ، فَقَدْ قَالَ الْبَزَّارُ: «هَذَا الْحَدِيثُ بِهَذَا اللَّفْظِ لَا نَعْلَمُ رَوَاهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ إِلَّا قُرَّةُ بْنُ إِيَاسَ»[5]، وَهُوَ رَجُلٌ عَدَّهُ الْجُمْهُورُ مِنَ الصَّحَابَةِ، لِقَوْلِهِ «أَنَّهُ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، فَمَسَحَ رَأْسَهُ، وَاسْتَغْفَرَ لَهُ»[6]، وَقَوْلِهِ: «أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ فِي رَهْطٍ مِنْ مُزَيْنَةَ فَبَايَعْنَاهُ، ثُمَّ أَدْخَلْتُ يَدِي فِي جَيْبِ قَمِيصِهِ، فَمَسَسْتُ الْخَاتَمَ»[7]، وَلَكِنْ قَالَ شُعْبَةُ: «قُلْتُ لِمُعَاوِيَةَ بْنِ قُرَّةَ: أَكَانَ أَبُوكَ صَحِبَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَ: لَا، وَلَكِنَّهُ كَانَ عَلَى عَهْدِهِ قَدْ حَلَبَ وَصَرَّ»[8]، أَرَادَ أَنَّهُ كَانَ غُلَامًا صَغِيرًا يَخْدِمُ أَهْلَهُ، فَلَعَلَّهُ غَلَطَ فِي الْحَدِيثِ لِصِغَرِ سِنِّهِ، وَقَالَ مُعَاوِيَةُ بْنُ قُرَّةَ: «كَانَ أَبِي يُحَدِّثُنَا يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، وَلَا أَدْرِي أَكَانَ سَمِعَهُ مِنْهُ أَوْ حُدِّثَ عَنْهُ»، وَهَذَا يُضَعِّفُ حَدِيثَهُ، وَمِنْ أَجْلِ ذَلِكَ جَعَلَ ابْنُ أَبِي حَاتَمٍ حَدِيثَهُ فِي الْمَرَاسِيلَ[9]، وَأَمَّا أَنَا فَأُخْرِجُ مِنْ حَدِيثِهِ مَا لَمْ يَتَفَرَّدْ بِهِ، مُرَاعَاةً لِلرِّوَايَتَيْنِ.

Terjemahan:

Mansur (Hafizhahullah Ta‘ala) berkata: Ucapan ini, yaitu “Apabila penduduk Syam telah rusak, maka tidak ada lagi kebaikan pada kalian”, adalah tambahan yang tidak disebutkan oleh Ibnu Ja‘d, demikian pula Sa‘id bin Mansur dan Ibnu Majah. Dan itu adalah tambahan yang tidak benar; karena penduduk Syam telah rusak pada masa Mu‘awiyah, padahal seluruh kebaikan kala itu berada di Madinah dan Kufah karena keberadaan Ali dan para pengikutnya di kedua kota tersebut. Bahkan, tambahan itu bertentangan dengan hadis; karena keberadaan kelompok yang ditolong dalam umat hingga Hari Kiamat berarti keberadaan kebaikan di tengah mereka, sekalipun seluruh penduduk bumi rusak. Dan Allah mengetahui siapa yang menambahkan lafaz tersebut ke dalam hadis; karena al-Bazzar berkata: “Kami tidak mengetahui siapa yang meriwayatkan hadis ini dengan lafaz tersebut dari Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) kecuali Qurrah bin Iyas”, dan dia adalah seorang laki-laki yang kebanyakan (ulama) menganggapnya sebagai salah satu Sahabat, karena ucapannya: “dia datang kepada Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam). Lalu beliau mengusap kepalanya dan memohonkan ampunan untuknya”, dan ucapannya: “Aku datang kepada Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) bersama sekelompok orang dari (suku) Muzaynah. Kami berbaiat kepada beliau, dan aku memasukkan tanganku ke dalam kerah baju beliau dan menyentuh Khatam (tanda kenabian).” Akan tetapi, Syu‘bah berkata: “Aku berkata kepada Mu‘awiyah bin Qurrah: ‘Apakah ayahmu bersahabat dengan Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam)? Dia menjawab: ‘Tidak, tetapi pada masa beliau, dia memerah susu dan menjaganya’”, yang berarti bahwa dia adalah anak kecil yang membantu keluarganya. Maka mungkin karena usianya yang masih kecil dia keliru dalam meriwayatkan hadis. Selain itu, Mu‘awiyah bin Qurrah berkata: “Ayahku meriwayatkan kepada kami dan berkata: ‘Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) bersabda’, namun aku tidak tahu apakah dia mendengarnya langsung dari beliau atau hanya diceritakan kepadanya”, dan hal ini melemahkan hadisnya, oleh karena itu, Ibnu Abi Hatim mencantumkan hadisnya dalam mursal (hadis yang sanadnya terputus). Akan tetapi, aku menyebutkan hadisnya sejauh yang dia tidak sendiri dalam meriwayatkannya (sebagai hadis yang bersambung dan sahih), supaya kedua sisi riwayat dapat diperhatikan[10].

↑[1] . Musnad Ibnu al-Ja‘d, hal. 166
↑[2] . Musnad Ahmad, vol. 33, hal. 472
↑[3] . Sunan Sa‘id bin Mansur, vol. 2, hal. 178
↑[4] . Sunan Ibnu Majah, vol. 1, hal. 4
↑[5] . Musnad al-Bazzar, vol. 8, hal. 244
↑[6] . Musnad Ibnu al-Ja‘d, hal. 168; al-Tabaqat al-Kubra oleh Ibnu Sa‘d, vol. 5, hal. 151; Musnad Ahmad, vol. 26, hal. 182
↑[7] . Musnad Ibnu al-Ja‘d, hal. 393; al-Tabaqat al-Kubra oleh Ibnu Sa‘d, vol. 1, hal. 367; Musnad Ahmad, vol. 24, hal. 347; Sunan Abu Dawud, vol. 4, hal. 55; Musnad al-Ruyani, vol. 2, hal. 126; Mu‘jam al-Sahabah oleh al-Baghawi, vol. 5, hal. 87; Mu‘jam al-Sahabah oleh Ibnu Qani‘, vol. 2, hal. 358; Sahih Ibnu Hibban, vol. 6, hal. 430; al-Fawa’id al-Shahir Bil-Ghilaniyat oleh Abu Bakar asy-Syafi‘i, vol. 1, hal. 410; Akhlaq al-Nabi oleh Abu al-Shaikh al-Asbahani, vol. 2, hal. 97; Ma‘rifah al-Sahabah oleh Abu Nu‘aym al-Asbahani, vol. 4, hal. 2351
↑[8] . Musnad Ibnu al-Ja‘d, hal. 168; Tarikh Ibnu Ma‘in (diriwayatkan oleh al-Dawri), vol. 3, hal. 58; Musnad Ahmad, vol. 26, hal. 182; Musnad al-Ruyani, vol. 2, hal. 129; Ma‘rifah al-Sahabah oleh Abu Nu‘aym al-Asbahani, vol. 4, hal. 2350; al-kifayah Fi Ilm al-Riwayah oleh al-Khatib al-Baghdadi, hal. 58
↑[9] . Al-Marasil oleh Ibnu Abi Hatim, hal. 167
↑[10] . Untuk membaca lebih banyak penguat dan pertimbangan, rujuk situs web bahasa Arab.
Bagikan
Bagikan konten ini dengan teman-teman Anda untuk membantu menyebarkan pengetahuan; memberi tahu orang lain tentang pengetahuan ini merupakan bentuk ucapan terima kasih.
Email
Telegram
Facebook
Twitter
Anda juga bisa membaca konten ini dalam bahasa berikut ini:
Jika Anda fasih dalam bahasa lain, terjemahkan konten ini ke bahasa tersebut dan kirimkan terjemahan Anda kepada kami untuk diterbitkan di situs web. [Formulir Terjemahan]