Kembali ke Islam; Pengetahuan tentang Islam
240
[Al-Mahdi, Khalifah Terakhir Nabi]
Bagaimanapun juga, siapa pun dua belas khalifah dari Ahlul Bait Nabi
, tidak ada perselisihan di antara umat Muslim tentang yang terakhir dari mereka. Beliau adalah seorang laki-laki yang memiliki nama yang sama dengan Nabi
, dari keturunan Fatimah dan Husain, yang disebut “Al-Mahdi”[1].
↑[1] . Tentu, dalam sebuah riwayat yang ditemukan dalam Sunan Abu Dawud (vol. 4, hal. 108), telah disebutkan nama “Hasan”, bukan “Husain”. Namun, kemungkinan besar ini merupakan kesalahan atau kesalahan penulisan. Bukti untuk hal ini adalah adanya perbedaan yang terdapat dalam berbagai naskah; sebagai contoh, al-Qunduzi (w. 1294 H) meriwayatkannya dari Abu Dawud dengan lafaz “Husain” (Lihat: Yanabi‘ al-Mawaddah oleh al-Qunduzi, vol. 3, hal. 259), yang menunjukkan bahwa naskah yang ada padanya memang seperti itu. Selain itu, riwayat ini lemah karena sanadnya terputus (lihat: Al-Mawsu‘ah Fi Ahadith al-Mahdi al-Da‘ifah Wa al-Mawdu‘ah oleh al-Bastawi, hal. 347). Matannya juga bertentangan dengan hukum Al-Qur’an yang menunjukkan prioritas anak kandung atas anak saudara, sebagaimana telah dijelaskan (lihat hal. 232). Selain itu, ia bertentangan dengan riwayat-riwayat lain yang menyatakan bahwa Al-Mahdi adalah keturunan “Husain”. Sebagai contoh, diriwayatkan dari Ali bahwa beliau menyebut Al-Mahdi dan menyatakan bahwa beliau adalah keturunan Husain, menggambarkan beliau memiliki dahi yang lebar, hidung agak melengkung dengan ujung yang halus, paha yang besar, dan gigi depan yang agak renggang. Ini adalah riwayat terkenal dari Ali yang dijadikan rujukan oleh para ulama bahasa Arab untuk menjelaskan makna “al-Zayal” (Lihat: Tahdhib al-Lughah oleh al-Azhari, vol. 13, hal. 174; al-Gharibain Fi al-Qur’an Wa al-Hadith oleh Abu Ubayd al-Harawi, vol. 3, hal. 844; al-Muhkam Wa al-Muhit al-A‘zam oleh Ibnu Sidah, vol. 9, hal. 90; Lisan al-Arab oleh Ibnu Manzur, vol. 11, hal. 317. Kata “al-Zayal” adalah «الزَّيَل» dalam bahasa Arab yang menyerupai kata «أزيل», digunakan untuk menggambarkan al-Mahdi memiliki paha yang besar). Selain itu, diriwayatkan pula dari Husain, yang berkata: «سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّهُ مِنِّي يَعْنِي الْمَهْدِيَّ»; “Aku mendengar Rasulullah
bersabda: ‘Dia dari aku’, yang berarti Al-Mahdi” (al-Kamil oleh Ibnu Adi, vol. 7, hal. 398), dan dari Hudzaifah bahwa Rasulullah
menyebut al-Mahdi; lalu Salman bertanya: “Wahai Rasulullah! Beliau berasal dari keturunanmu yang mana?” Beliau bersabda: «مِنْ وَلَدِي هَذَا»; “Dari anak laki-lakiku ini”, dan beliau meletakkan tangannya pada Husain (lihat: Al-Arba‘un al-Hadithan Fi al-Mahdi oleh Abu Nu’aim al-Asbahani, hal. 57). Juga diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah al-Ansari bahwa Rasulullah
berjanji kepadanya bahwa dia akan bertemu dengan Abu Ja‘far Muhammad bin Ali bin Husain, dan beliau bersabda kepadanya: «اعْلَمْ أَنَّ الْمَهْدِيَّ مِنْ وُلْدِهِ»; “Ketahuilah bahwa al-Mahdi berasal dari keturunannya” (lihat: Sejarah Damaskus, vol. 54, hal. 276). Ya, jika nasab al-Mahdi ditelusuri sampai kepada “Husain” melalui Abu Ja‘far, maka benar untuk mengatakan bahwa beliau juga termasuk keturunan “Hasan”, karena ibu dari Abu Ja‘far adalah Fatimah, anak perempuan Hasan (lihat al-Tabaqat al-Kubra oleh Ibnu Sa‘d, vol. 7, hal. 315; Ansab al-Ashraf oleh al-Baladhuri, vol. 3, hal. 147), dan berdasarkan hal ini, al-Mahdi bisa dipandang sebagai keturunan Husain dari jalur ayah, dan keturunan Hasan dari jalur ibu, sehingga riwayat-riwayat dan pendapat-pendapat itu dapat dipadukan.
