Jum’at, 26 Desember 2025 / 6 Rajab 1447 H
Mansur Hasyimi Khorasani
 Surat baru: Sebuah kutipan dari surat Yang Terhormat untuk salah satu pendamping beliau, di mana beliau menasihatinya dan memperingatkannya agar takut kepada Allah. Klik di sini untuk membaca. Ucapan baru: Dua belas ucapan dari Yang Terhormat terkait fakta bahwa hujjah hanyalah Kitab Allah dan Khalifah-Nya di bumi, bukan pendapat dan bukan pula riwayat. Klik di sini untuk membaca. Pelajaran baru: Pelajaran dari Yang Mulia tentang fakta bahwa bumi tidak pernah kosong dari seorang laki-laki yang memiliki pengetahuan menyeluruh tentang agama, yang telah Allah tunjuk sebagai khalifah, imam, dan pembimbing di atasnya sesuai dengan perintah-Nya; Ayat-ayat Al Qur’an tentangnya; Ayat no. 16. Klik di sini untuk membaca. Kunjungi beranda untuk membaca konten paling penting di situs web. Pertanyaan baru: Bagaimana pandangan Islam terhadap taqlid (mengikuti secara buta)? Klik di sini untuk membaca jawaban. Artikel baru: Artikel “Sebuah ulasan buku Kembali ke Islam karya Mansur Hasyimi Khorasani” ditulis oleh “Sayyed Mohammad Sadeq Javadian” telah terbit. Klik di sini untuk membaca. Kunjungi beranda untuk membaca konten paling penting di situs web.
loading

Oleh karena itu, siapa pun di antara mereka yang lahir lebih dahulu, maka beliau lebih dahulu pula menjadi Ahlul Bait Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) dan lebih dahulu pula berhak atas kecintaan dan ketaatan umat Muslim. Ya, tidak mungkin bahwa yang dimaksud dengan Ahlul Bait Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) dalam arti para khalifah beliau, terbatas pada tiga orang ini dan berhenti pada Husain yang merupakan yang termuda dan menjadi yang terakhir di antara mereka; karena kabar mutawatir dari Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) terkait mereka tidak terpisah dari Al-Qur’an hingga Hari Kiamat mengharuskan keberadaan mereka bersama Al-Qur’an hingga Hari Kiamat, dan jelas bahwa kebutuhan umat Muslim terhadap seorang khalifah Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) tetap ada setelah masa Husain. Oleh karena itu, diperlukan keberadaan Ahlul Bait Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) dan para khalifah dari kalangan mereka setelah Husain, dan sudah tentu mereka berasal dari Ahlul Bait Husain, karena Ahlul Bait beliau mengikuti kedudukan beliau, yaitu termasuk Ahlul Bait Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam). Setelah Husain, orang-orang yang paling dekat dengan beliau dianggap yang paling dekat dengan Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam), karena Husain sendiri adalah orang yang paling dekat dengan Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) di zamannya; maka, setelah Husain, orang yang paling dekat dengan beliau dianggap yang paling dekat dengan Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam). Jelas bahwa orang-orang yang paling dekat dengan Husain adalah anak-anaknya, seperti Ali bin Husain yang dikenal dengan sebutan Zain al-Abidin (w. 94 H), bukan anak-anak dari saudaranya Hasan, seperti Abdullah bin Hasan (w. 61 H), Hasan bin Hasan (w. wafat setelah 85 H), atau Zaid bin Hasan (w. 120 H). Oleh karena itu, anak-anak Husain lebih berhak kepada beliau dibandingkan yang lain, dan dengan demikian lebih berhak pula kepada Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam). Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta‘ala, di mana Dia telah berfirman: ﴿النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ ۖ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ ۗ وَأُولُو الْأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَى بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللَّهِ[1]; “Nabi itu lebih utama bagi orang-orang beriman daripada diri mereka sendiri, dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka, dan beberapa dari mereka yang memiliki hubungan kerabat lebih berhak atas sebagian yang lain menurut Kitab Allah.” Berdasarkan hal ini, anak-anak Nabi (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) lebih berhak kepada beliau daripada anak-anak pamannya, sebagaimana ditegaskan dalam Kitab Allah. Demikian juga, anak-anak Husain lebih berhak kepada beliau dibandingkan dengan anak-anak saudaranya, sebagaimana yang ditunjukkan dalam Kitab Allah. Hal ini sesuai firman Allah Ta‘ala, di mana Dia telah berfirman: ﴿وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ[2]; “Dan orang-orang yang beriman dan anak-anak mereka mengikuti mereka dalam keimanan. Kami hubungkan anak-anak mereka dengan mereka, dan Kami tidak mengurangi sedikit pun dari amal mereka.”

↑[1] . Al-Ahzab/ 6
↑[2] . At-Tur/ 21