Selasa, 25 November 2025 / 4 Jumadil Akhir 1447 H
Mansur Hasyimi Khorasani
 Surat baru: Beberapa kutipan surat yang ditulis oleh Yang Terhormat yang berisi celaan terhadap para penguasa zalim yang mengaku memiliki kewenangan keagamaan, serta para pengikut mereka. Klik di sini untuk membaca. Ucapan baru: Dua belas ucapan dari Yang Terhormat terkait fakta bahwa hujjah hanyalah Kitab Allah dan Khalifah-Nya di bumi, bukan pendapat dan bukan pula riwayat. Klik di sini untuk membaca. Pelajaran baru: Pelajaran dari Yang Mulia tentang fakta bahwa bumi tidak pernah kosong dari seorang laki-laki yang memiliki pengetahuan menyeluruh tentang agama, yang telah Allah tunjuk sebagai khalifah, imam, dan pembimbing di atasnya sesuai dengan perintah-Nya; Ayat-ayat Al Qur’an tentangnya; Ayat no. 16. Klik di sini untuk membaca. Kunjungi beranda untuk membaca konten paling penting di situs web. Pertanyaan baru: Bagaimana pandangan Islam terhadap taqlid (mengikuti secara buta)? Klik di sini untuk membaca jawaban. Artikel baru: Artikel “Sebuah ulasan buku Kembali ke Islam karya Mansur Hasyimi Khorasani” ditulis oleh “Sayyed Mohammad Sadeq Javadian” telah terbit. Klik di sini untuk membaca. Kunjungi beranda untuk membaca konten paling penting di situs web.
loading

Di tengah kondisi ini, satu-satunya jalan keselamatan bagi umat Muslim adalah memutus ketergantungan mereka terhadap kaum kafir dan meraih kemerdekaan budaya dan ekonomi, yang mustahil terwujud kecuali dengan menghancurkan batas-batas buatan ini dan bersatu di bawah panji Khalifah Allah di bumi; karena, jika kaum kafir bersatu, maka umat Muslim yang tercerai-berai tidak akan mampu melawan mereka—dan ini adalah hukum alam di antara hukum-hukum Allah. Oleh karena itu, mendirikan sebuah negara Islam yang luas dengan menggabungkan seluruh negeri-negeri Muslim di bawah kepemimpinan penguasa yang ditunjuk oleh Allah adalah satu-satunya jalan bagi keselamatan umat Muslim dan dominasi mereka atas dunia. Tentu saja, sebelum sampai ke tahap itu, dapat dipikirkan jalan-jalan yang lebih singkat, seperti membentuk sebuah persatuan negara-negara Islam dengan mata uang tunggal dan satu angkatan bersenjata, sebagai langkah awal menuju pendirian pemerintahan Islam tunggal; karena perpindahan umat Muslim secara langsung dari kondisi saat ini menuju kondisi ideal—bahkan melalui revolusi umum di negara-negara Islam, seperti yang baru-baru ini terjadi dengan nama “Arab Spring” di beberapa negara berbahasa Arab, hal ini tetap sangat sulit diwujudkan. Oleh karena itu, tampaknya lebih praktis jika pada tahap pertama dibentuk sebuah persatuan besar—serupa dengan Uni Eropa—yang beranggotakan seluruh negara Islam, disertai pembukaan perbatasan, mata uang bersama, dan tentara bersama; lalu pada tahap berikutnya, membangun persatuan yang lebih dalam di antara mereka dalam bentuk sebuah negara Islam yang menyeluruh, yang berdiri di atas dasar mengikuti khalifah Allah di muka bumi. Tanpa keraguan, inilah jalan menuju keselamatan umat Muslim dan tercapainya kebahagiaan mereka di dunia maupun di akhirat.

4. Meluasnya Kecenderungan Hadis

Penyebab lain tidak tegaknya Islam setelah wafatnya Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) adalah meluasnya kecenderungan hadis sepeninggal beliau. Yang dimaksud dengan kecenderungan hadis adalah praktik yang menjadikan ucapan dan tindakan yang disandarkan kepada Rasulullah (Shallallahu Alaihi Wa Alihi Wasallam) dengan jalur periwayatan yang tidak mutawatir sebagai dasar akidah dan amal, padahal hadis-hadis tersebut diriwayatkan oleh orang-orang yang berpotensi berdusta, keliru, atau lupa. Oleh karena itu, keabsahan ucapan dan tindakan semacam ini tidak bisa dipastikan, sebab dapat dipahami bahwa riwayat dari orang yang tidak maksum—meskipun tampak jujur—bisa benar atau salah, mengingat kepastian tentang kejujuran seseorang di masa lalu biasanya sulit dicapai. Belum lagi fakta bahwa kejujuran seseorang di masa lalu tidak menjamin kejujurannya di masa depan. Dan sekalipun seseorang jujur di masa lalu dan masa depan, hal itu tidak menghilangkan kemungkinan dia lupa atau lalai.