Oleh karena itu, tindakan mereka dalam menguasai bumi dan batas-batas yang mereka tetapkan di dalamnya adalah bentuk tindakan agresif dan melampaui batas; karena bumi ini milik Allah, dan Dia mewariskannya kepada siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki, sebagaimana Dia telah berfirman: ﴿إِنَّ الْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۖ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ﴾[1]; “Sesungguhnya bumi itu milik Allah; Dia mewariskannya kepada siapa pun dari hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki. Dan kesudahan (yang baik) milik orang-orang yang bertakwa.” Demikian pula, aset-aset publik adalah milik Allah dan wakil-Nya, dan tidak seorang pun berhak memilikinya tanpa izin Mereka, dan oleh karena itu, diperbolehkan bagi Mereka untuk menarik kembali aset-aset tersebut dari kepemilikan pihak lain; sebagaimana Dia dengan tegas telah berfirman: ﴿يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَنْفَالِ ۖ قُلِ الْأَنْفَالُ لِلَّهِ وَالرَّسُولِ﴾[2]; “Mereka bertanya kepadamu tentang aset publik. Katakanlah: ‘Aset publik itu milik Allah dan Rasul,’” dan: ﴿وَلَكِنَّ اللَّهَ يُسَلِّطُ رُسُلَهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ﴾[3]; “Tetapi Allah memberikan para rasul-Nya kekuasaan atas siapa yang Dia kehendaki; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Dari sini dapat dipahami bahwa tidak satu pun gerakan dan pemerintahan yang ada saat ini di dunia Islam memiliki legitimasi, dan bahwa satu-satunya jalan bagi umat Muslim untuk kembali ke Islam adalah dengan meninggalkan seluruh gerakan dan pemerintahan tersebut serta mempersiapkan jalan bagi gerakan dan pemerintahan seorang laki-laki dari Ahlul Bait Nabi yang telah ditetapkan oleh Allah dari sisi-Nya dan diperintahkan untuk diikuti. Hal ini dapat terwujud dengan mengenalnya, dan mengenalnya—sebagaimana akan saya jelaskan, InSyaAllah—adalah sesuatu yang mungkin.
2. Kedaulatan selain Allah
Penyebab kedua tidak tegaknya Islam setelah wafatnya Rasulullah
adalah kegagalan dalam mewujudkan kedaulatan Allah sepeninggalan beliau; karena persaingan di antara para sahabat sepeninggalan beliau, terlepas dari apa pun motif di baliknya, telah menyebabkan dominasi arus yang menentang Ahlul Bait beliau dan melahirkan sistem politik yang menganggap keimanan seorang penguasa kepada Islam sudah cukup untuk mendirikan pemerintahan Islam, tanpa meyakini keharusan penetapan dirinya oleh Allah sebagai khalifah-Nya di bumi. Meskipun arah yang keliru ini tidak langsung menampakkan dampak merusak dan mengerikannya pada dekade-dekade awal Islam dikarenakan sebagian besar komitmen para penguasa pertama terhadap Islam, namun kebatilannya segera terbukti dengan wafatnya mereka dan berkuasanya kelompok lain yang tidak memiliki komitmen terhadap Islam;
