mengingat bahwa sekelompok sahabat beliau seperti Salman, Abu Dzar, Miqdad, Ammar, dan Zubair meyakini bahwa Ahlulbait beliau lebih berhak memegang kepemimpinan setelah beliau dibandingkan yang lain, sedangkan kelompok sahabat lain seperti Umar, Abu Bakar, Abu Ubaidah, dan Salim tidak sependapat dalam hal ini, dan ini telah menjadi dasar perpecahan di kalangan umat Muslim sejak saat itu hingga sekarang. Dari sini dapat dipahami bahwa wasiat terakhir Nabi
pasti berkaitan dengan persoalan ini dan ditujukan untuk menjelaskannya, karena sudah menjadi tugas beliau untuk mencegah terjadinya perpecahan di antara umat Muslim dan memberi jalan bagi mereka untuk menyelesaikannya; sebagaimana Allah Ta‘ala telah berfirman: ﴿وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ إِلَّا لِتُبَيِّنَ لَهُمُ الَّذِي اخْتَلَفُوا فِيهِ ۙ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ﴾; “Dan Kami tidak menurunkan Kitab kepadamu melainkan agar engkau menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan dan sebagai petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” Berdasarkan hal ini, menjadi jelas bahwa, bertentangan dengan anggapan orang-orang yang berprasangka buruk terhadap beliau, beliau telah menunaikan tugasnya dengan menjelaskan bentuk kepemimpinan setelah beliau dan apakah hal itu menjadi hak Ahlulbaitnya atau tidak; sebagaimana yang beliau sampaikan sebelum wafat, di berbagai tempat dan dengan kata-kata yang serupa:
«أَيُّهَا النَّاسُ! إِنِّي أُوْشَكُ أَنْ أُدْعَى فَأُجِيبَ، وَإِنِّي مَسْؤُولٌ وَأَنْتُمْ مَسْؤُولُونَ، فَإِنِّي تَارِكٌ فِيكُمُ الثَّقَلَيْنِ/ خَلِيفَتَيْنِ: كِتَابَ اللَّهِ وَعِتْرَتِي أَهْلَ بَيْتِي، إِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدِي، فَانْظُرُوا كَيْفَ تَخْلُفُونِي فِيهِمَا، وَإِنَّهُمَا لَنْ يَفْتَرِقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَيَّ الْحَوْضَ، نَبَّأَنِي بِذَلِكَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ»; “Wahai manusia! Aku akan segera dipanggil, maka aku pun akan memenuhi panggilan itu, dan aku bertanggung jawab, begitu juga kalian bertanggung jawab. Maka aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua pusaka yang berat sebagai khalifah: Kitab Allah dan Itrah-ku, (yaitu) Ahlulbaitku. Jika kalian berpegang teguh pada keduanya, kalian tidak akan pernah tersesat sepeninggalanku. Maka perhatikanlah bagaimana kalian memperlakukan keduanya setelahku. Dan keduanya tidak akan pernah berpisah hingga keduanya datang kepadaku di Telaga. Yang Maha Lembut dan Maha Mengetahui telah memberitahukan hal ini kepadaku.”